Aktivitas Erupsi Gunung Merapi, Kehidupan 12 Jenis Mamalia Terancam

- 14 Maret 2023, 15:07 WIB
 Ilustrasi seekor Kijang adalah salah satu mamalia yang berhabitat di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), dimana tempat tinggalnya terancam terfragmentasi oleh aktivitas manusia dan Erupsi Gunung Merapi
Ilustrasi seekor Kijang adalah salah satu mamalia yang berhabitat di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), dimana tempat tinggalnya terancam terfragmentasi oleh aktivitas manusia dan Erupsi Gunung Merapi /

PRIANGANTIMURNEWS - Aktivitas erupsi Gunung Merapi yang intens akhir-akhir ini, mengancam kehidupan dan habitat alam dari 12 jenis Mamalia.

Mengacu pada hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nurpana Sulaksono, yang merupakan mahasiswa S2 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM)

Dalam penelitiannya setidaknya terdapat 12 jenis mamalia yang terancam di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) akibat erupsi Gunung Merapi yang meningkat.

Baca Juga: Persib Bermain Imbang! PSM Makassar Gagal Juara! Ciro Alves Mulai Realistis Setelah Maung Bandung Gagal Menang

Disampaikan oleh Nurpana pada hari Selasa. 14 Februari 2023 dari UGM, Yogyakarta langsung.

"Menggunakan puluhan kamera jebakan, diketahui ada 12 jenis mamalia, 10 diantaranya jenis mamalia darat," ungkap Nurpana.

"Yang paling banyak itu adalah monyet ekor panjang, kijang, landak, dan luwak," tambahnya.

Gunung yang terletak antara perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut menjadi habitat utama untuk 12 mamalia tersebut.

Baca Juga: Beberapa Keistimewaan Bulan Ramadhan Menurut Buya Yahya

Erupsi yang terjadi dengan skala yang intens dalam periode tertentu menjadi sebuah gangguan alam yang mengancam kelestarian hewan-hewan tersebut.

Ditambah dengan adanya gangguan dari aktivitas proyek manusia seperti penambangan, perumputan dan beberapa pembangunan objek wisata.

Desertasi Nurpana Yang memiliki judul:  'Respon Mamalia Darat Ukuran Sedang-Besar pada Berbagai Tipe Gangguan di Lanskap Taman Nasional Gunung Merapi'.

Memaparkan bahwa mamalia yang memiliki ukuran sedang dan besar lebih cenderung menghindari  dan menjauhi apa yang mereka anggap gangguan.

Baca Juga: Setelah The Heirs, Park Hyung Sik dan Park Shin Hye Akan Kembali Bintangi Drama Baru Bersama

Seperti Monyet, lutung dan Kijang mereka lebih memilih menghindar dari wilayah pedar manusia seperti pemukiman dan pertambangan.

"Satwa itu cenderung berada di area tutupan rapat dan menjauh dari area permukiman dan penambangan, serta suka pada lahan yang agak tinggi," kutip dalam disertasinya.

Populasi Kijang sendiri yang paling terancam, karena disamping erupsi yang periodik.

Habitat asli kijang sendiri mengalami fragmentasi akibat aktivitas penduduk.

Lokasi habitat kijang tersebut berlokasi di wilayah utara serta selatan dari Gunung Merapi.

Baca Juga: Jelang Ramadhan 1444 H, Ini Pesan yang Disampaikan Ustadz Adi Hidayat

"Antara wilayah utara dan selatan terputus yang akan memberikan dampak pada pelestarian area yang seharusnya populasinya bisa terhubung," tambahnya.

Untuk wilayah habitat populasi di TNGM, kucing hutan memiliki luas lokasi habitat yang paling luas sekitar 5.000 hektare.

Diikuti oleh luas lokasi habitat luwak yang memiliki luas area 4.700 hektare, dan dilanjutkan dengan luas lokasi dari habitat Kijang 3.000 hektare.

Uniknya dalam penelitian yang Nupana lakukan, bahwa gangguan akibat aktivitas pertambangan terhadap habitat mamalia.

Justru sangat tinggi terjadi di wilayah habitat yang memiliki Keragaman jenis dan kekayaan jenis yang rendah.

Habitat yang terganggu justru malah cenderung memiliki kekayaan tinggi akan tetapi memiliki tingkat keragaman mamalia yang paling sedikit bahkan rendah.

Baca Juga: Longsor Natuna Menjadi yang Terburuk dalam Sejarah Indonesia, 54 Orang Dinyatakan Meninggal

Hal tersebut terjadi karena adanya sistem dominasi diantara jenis satwa-satwa yang beraneka ragam tersebut.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nurpana menyarankan agar pengukuran kondisi mamalia dengan aktif mulai dilakukan serta dilaksanakan berkelanjutan.

Guna mengetahui dinamika yang terjadi dari satwa-satwa tersebut, dan mengetahui secara rinci jumlah populasi dan habitat 12 satwa tersebut dengan up date lebih rutin.

Juga perlu adanya pengaturan waktu dari aktivitas pemotongan atau pengambilan rumput yang biasa dilakukan oleh masyarakat.

"Pengaturan dilakukan untuk mencegah gangguan tidak melebihi ambang batas toleran," tegas Nurpana

"Karena hal tersebut dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap satwa liar khususnya mamalia," sambungnya

Didinya juga menyampaikan pentingnya pengamanan kawasan dari aksi perburuan ilegal oleh masyarakat atau wisatawan.

Baca Juga: 5 Polisi Calo Penerimaan Bintara Lolos Pemecatan, Netizen: Kenapa Cuma di Mutasi

Dengan membuat sebuah aturan yang berkonsekuensi tegas, melakukan penertiban termasuk pada aktivitas penggalian batu dan pasir agar fragmentasi habitat tak terjadi.

"Pengambilan material batu dan pasir yang tidak terkendali bisa menyebabkan terputusnya konektivitas antar habitat," akhirinya.

Diantaranya 12 jenis mamalia yang terancam di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) antara lain adalah:

1. Monyet ekor panjang
2. Kijang
3. Landak
4. Garangan
5. Lutung
6. Babi hutan

7. Trenggiling
8. Kucing hutan
9. Luwak
10.Biul
11.Rase
12.Tupai terbang***

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x