"Kita kan kerja sama dengan organisasi yang namanya Sosial Kutub. Jadi kalau jelantah yang dikumpulkan itu mencapai jumlah tertentu yang ditentukan oleh orang dari Sosial Kutub itu, nanti mereka ambil dari setiap kelurahan atau kecamatan serta ada imbalannya," kata Lisniawati.
Baca Juga: Mengenal Susuk Samber Lilin, Cara Pemakaian, Pantangan, dan Manfaatnya
Lebih lanjut, Lisniawati menyebut 18 liter jelantah dihargai sekitar Rp130 ribu.
"Nanti uangnya itu akan kembali ke kader-kader PKK atau Dasawisma juga," ujar Lisniawati.
Adapun oleh Sosial Kutub, kata Lisniawati, jelantah yang terkumpul diolah menjadi bahan dasar biodiesel untuk kepentingan energi yang kemudian bisa diekspor keluar negeri.
"Oleh Sosial Kutub jelantah diolah lagi jadi bahan biodiesel dan dijual ke luar negeri," ujarnya.
Jadi, menurut Lisniawati, pengumpulan jelantah tersebut dapat mengatasi dua masalah, yakni lingkungan dan ekonomi.
Ia melanjutkan masyarakat umum melalui RW dan PKK serta Dasawisma juga telah berperan dalam dalam pengumpulan jelantah, yakni dengan gerakan "ketuk pintu".
Baca Juga: Kehabisan Sabun Mandi? Ternyata Minyak Jelantah Bisa Jadi Sabun Untuk Mandi loh, Cek Manfaatnya!