Cerita Mistis Dialami Juru Kunci Astana Giribangun Sebelum Meninggalnya Presiden Soeharto

18 Agustus 2022, 11:27 WIB
Astana Giribangun merupakan kompleks pemakanan keluarga Soeharto yang ada di Surakarta Solo Jawa Tengah/antara foto /

PRIANGANTIMURNEWS- Soekirno, seorang juru kunci Astana Giribangun, mengalami peristiwa mistis sebelum meninggalnya Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto.

Menurut Soekirno, peristiwa ganjil dan penuh mistis tersebut terjadinya longsor mendadak di bawah perbukitan Astana Giribangun, beberapa bulan sebelum Presiden Soeharto meninggal dunia.

Presiden Soeharto dimakamkan di Astana Giribangun pada Minggu Wage, 27 Januari 2008 setelah adzan Ashar sekitar pukul 15.30 WIB.

Baca Juga: Alasan Inilah Lagu Ojo Dibandingke Karya Abah Lala yang Dinyanyikan Farel Prayoga Viral di Media Sosial

Banyak kejadian yang membuat merinding bulu kuduk, sebelum pemakaman Presiden Soeharto di Astana Giribangun, seperti adanya suara mirip bom saat menggali tanah makam.

Pria kelahiran Karanganyar tahun 1953 itu juga masih ingat ketegangan yang terjadi di Astana Giribangun pada tahun 1998.

Pada waktu itu, terdengar kabar bahwa makam keluarga Soeharto itu bakal diserang dan akan di rusak oleh ribuan masa.

Baca Juga: Info Chelsea: Klub Akan Kalahkan Manchester United Pada Perebutan Pemain 25 Tahun, Siapa?

Pada tahun 1998 yaitu kekuasaan Soeharto berakhir, masa dimana-mana menghujat dan ingin mengadili Soeharto beserta keluarganya.

Terjadi pula perebutan tanah-tanah serta perusakan aset negara yang saat itu dikuasai oleh Soeharto di beberapa daerah.

"Bersama warga, saya memasang drum-drum di tengah jalan. Di depan pertigaan SD Ibu Tien yang terletak ditanjakan menjelang Astana, kami memalang puluhan batang bambu ori berduri. Siapa yang melintas dengan berjalan kaki sekalipun tak bakal gampang menembusnya," tutur Soekirno.

Baca Juga: Hasil Playoff Liga Champions 2022 Leg 1, Eks Calon Pemain Naturalisasi Indonesia Selangkah Lagi Lolos

Malam-malam pun terasa panjang. Orang-orang kampung dan desa, secara bersama-sama dengan pengurus, berjaga di sekitar makam.

Dari pesawat komunikasi HT, terdengar sandi misalnya "1000 kuda lumping" yang artinya ada seribu pengendara sepeda motor menuju dan bergerak mengarah ke Astana, atau "500 gerobak", artinya lima ratus pengendara mobil.

"Anehnya, tak pernah sekali pun mereka hendak melempari Astana dan merusak bangunan makam di sini," kata Soekirno.

Ia berkeyakinan arwah para leluhur Raja Mangkunegaran datang dan melindungi. Sebab, bagi orang Jawa, arwah leluhur diyakini masih bersemayam dan jika dalam situasi darurat, akan muncul dan melakukan perlindungan.

Apalagi leluhur mereka, yaitu Kanjeng Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegara I yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo atau Aji Panglimunannya.

Baca Juga: Hasil Playoff Liga Champions 2022 Leg 1, Eks Calon Pemain Naturalisasi Indonesia Selangkah Lagi Lolos

Astana Giribangaun merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran. Ternyata, makam itu memiliki daya mistis dalam sejarah perjalanannya.

Muncul mitos bahwa makam tersebut merupakan tempat sakral dan tidak bisa diperlakukan sembarangan.

Posisi dan keberadaannya Astana Pangandegan di atas Astana Giribangun menjadi ibarat leluhur yang berfungsi melindungi, atau orang Jawa menyebutnya hamemayuni (menjadi payung keberadaan makam anak cucunya).

Astana Pangandegan terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Beberapa kejadian dan fenomena mistis membuktikan keberadaan Astana Mangadeg, kompleks pemakaman para penguasa Istana Mangkunegaran, salah satu pecahan dinasti Mataram.

Makam itu merupakan Raja Mangkunegoro III, keturunan Raja Mataram Panembahan Senopati yang selalu melindungi dan merestui makam anak cucu di bawahnya.

Salah satu yang dimakamkan di sini adalah Kanjeng Pangeran Adi Pati Arya Sri Mangkunegara I. Pangeran Adi terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo.

Baca Juga: Benarkah Teks Proklamasi Lebih Dulu Dibacakan Soedarsono di Cirebon 15 Agustus 1945? Ini Penjelasannya

Tokoh kesohor Rajab Mangkunegaran ini sakti mandraguna dan selalu menjadi rujukan raja-raja Mataraman, baik Surakartan (Solo) dan Ngayogyakarto Hadiningrat (Yogya).

Pangeran samber Nyowo dipercaya memberikan restu maupun perlindungan kepada penghuni makam Astana Giribangun pada saat-saat tertentu dari kejahatan atau perbuatan tangan-tangan jahil.

Beberapa peristiwa dan fenomena mistis aneh terjadi diantaranya saat makam mantan Presiden Soeharto digali. Suasana pemakaman Soeharto di Astana Giribangun kala itu sedang redup, tak ada awan, hanya angin yang berhembus pelan.

Keluarga besar Soeharto hadir bersama sejumlah tokoh ternama, baik dari dalam maupun luar negeri. Sebelum penggalian, keluarga besar Soeharto melakukan upacara bedah bumi.

Tujuannya adalah agar penggalian dapat berjalan lancar dan selamat. Upacara tersebut dipimpin oleh Begug Purnomosidi, mantan Bupati Wonogiri.

Baca Juga: Asal Usul Suku Adat Buton Sulawesi Tenggara, Salah Satu Suku yang Tidak Pernah Dijajah dan Paling Ditakuti

Upacara dimulai dengan menancapkan linggis ketanah pemakaman sebanyak tiga kali, yang pertama, tidak terjadi apapun dan begitu pula dengan yang kedua.

Namun, kejadian yang membuat merinding bulu kuduk terjadi saat linggis mengoyak tanah untuk kali ketiganya.

"Tiba-tiba, duar! terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema diatas kepala kami," kata juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun, Soekirno.

Para penggali makam dan orang-orang sekitar sontak kaget mendengar ledakan itu. Mereka saling berpandangan, bingung. Mencoba mereka-reka dan mencari darimana asal suara menggelegar tersebut.

Baca Juga: Batal Bergabung dengan Persib Bandung, Paul Munster jadi Direktur Teknik Brunei Darussalam

"Bukan bunyi petir, lebih mirip suara bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun," kata Soekirno.

Anehnya, tak ada yang porak poranda. Tak ada benda yang bergeser karena suara ledakan itu. Terbersit dipikiran, mungkin itu suara gaib. Semua yang ada di tempat itu terdiam, terpaku.

Kemudian, suara Begug Purnomosidi memecah keheningan." Bumi mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah beliau," tutur Soekirno, menirukan kalimat Bupati Wonogiri.***

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Dunia Batin 2 Macan Asia

Tags

Terkini

Terpopuler