Fenomena 'Victim Blaming' dalam Kasus Eksploitasi Perempuan di Indonesia

- 16 Januari 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi Victim Blaming yang dilakukan oleh sesama perempuan yang identik memiliki nurani yang sama dengan korban/orami
Ilustrasi Victim Blaming yang dilakukan oleh sesama perempuan yang identik memiliki nurani yang sama dengan korban/orami /

Kebanyakan orang mungkin berpikir bahwa siapapun bisa mengalami hal-hal buruk. Tetapi ketika hal buruk tersebut menimpa seseorang, beberapa pihak mengambil langkah yang cenderung menyalahkan korban.

Baca Juga: Jadi Kurir Narkoba, Dia Perempuan Ditangkap Polisi di perempatan Pancoran, 413 Gram Sabu Diamankan

Dalam kasus eksploitasi seksual, ujung-ujungnya pihak perempuan-lah yang benar-benar menjadi korban. Lelaki yang menjadi pelaku berdalih bahwa tindakannya adalah berdasarkan suka sama suka.

Mirisnya lagi 'victim blaming' kerap kali dilakukan oleh sesama perempuan yang identik memiliki nurani yang sama dengan korban. Tetapi justru mereka cenderung menyalahkan sesama kaumnya. Victim blaming' yang dilakukan oleh sesama perempuan, membuat pelaku berada 'diatas angin'.

Pelaku akan bermanifulatif untuk tidak disalahkan dalam tindakan yang telah dilakukannya. Fenomena victim blaming jelas merupakan kontribusi nyata terhadap suatu tindakan terjadinya tindakan a susila. Victim blaming 'seolah-olah' dijadikan budaya suatu tindakan a susila bisa ditoleransi.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Kekerasan Seksual dan Ancaman Pada Konsumen Perempuan di Ranah Pinjol

Salah satu contoh 'victim blaming' yang kerap terdengar di masyarakat jika terjadi kasus eksploitasi seks terhadap perempuan adalah muncul kata-kata: 'seekor kucing jika diberi ikan asin pasti akan dimakan'. Contoh lainnya ada kata-kata yang seolah-olah membela korban tetapi sebetulnya justru menyalahkan korban.

'Seandainya kamu tidak anu,tidak anu pasti tidak akan terjadi'. 

'Kamu sih terlalu memberi perhatian lebih kepada dia (pelaku)'

Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang sering muncul di masyarakat dan sudah dianggap kata-kata normatif.

Halaman:

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Fisip Universitas Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah