Amerika Serikat Memberi Peringatan Tentang Pembicaraan Nuklir Iran Tidak Berakhir Terbuka

21 Juni 2021, 11:36 WIB
Dokumen rahasia milik AS terungkap, ternyata mereka pernah berencana untuk melakukan serangan nuklir pada China demi lindungi Taiwan /Pixabay/geralt

PRIANGANTIMURNEWS –  Negosiasi yang sudah berlangsung di Wina pada April untuk mencari keterangan tentang bagaimana Iran dan Amerika Serikat bisa kembali patuh terhadap pakta nuklir, pada 2018 ditinggalkan Washington di bawah kekuasaan Presiden Donald Trump dan dilanggar oleh Iran.

 
Dilansir priangantimurnews.pikiran-rakyat.com dari Reuters pada Minggu, 20 Juni 2021, para pejabat Barat mengingatkan Teheran perihal negosiasi agar menghidupkan kembali terkait kesepakatan nuklir yang tidak bisa berlanjut tanpa adanya batas waktu.

 Kedua belah pihak memberitahukan waktu jeda setelah pemilihan presiden garis keras baru di Iran.

Baca Juga: Ini 7 Manfaat Nanas Bagi Kesehatan Tubuh

 Jeda waktu mengenai pembicaraan tersebut terjadi setelah adanya Ebrahim Raisi yang merupakan seorang pengkritik keras Barat serta garis keras menang dalam pemilihan presiden Iran.

 Menggantikan posisi pragmatis Hassan Rouhani, Ebrahim Raisi akan mulai menjabat pada bulan Agustus, waktu di mana Teheran memperoleh kesepakatan pengekangan program nuklirnya dengan pencabutan sanksi internasional sebagai imbalannya.

 Pejabat Iran dan Barat menjelaskan bahwa kenaikan Ebrahim Raisi tidak akan bisa mengubah posisi terhadap negosiasi Iran.

 Adanya saran dari beberapa pejabat di Iran tentang Teheran agar mempunyai kepentingan mendorong kesepakatan sebelum presiden baru mengisi jabatan, untuk memberikan Ebrahim Raisi sebuah batu tulis bersih.

Baca Juga: Manchester United Membidik 3 Calon Pengganti Paul Pogba, Jika Sang Bintang Memutuskan untuk Pergi

 Inggris, Prancis, dan Jerman (E3) Eropa, bertindak sebagai mediator dengan efektif diantara delegasi Iran dan tim AS bahwa Washington telah keluar dari pakta – bukan peserta formal.

 Negara-negara Barat menjelaskan bahwa semakin lama pelanggaran Iran terhadap kesepakatan serta melakukan bahan nuklir yang terlarang, maka semakin sulit untuk dapat memulihkan pakta tersebut.

 “Seperti yang telah kami nyatakan sebelumnya, waktu tidak berpihak pada siapa pun. Pembicaraan ini tidak dapat dibuka secara terbuka,” ungkap diplomat E3 dalam Reuters pada Minggu, 20 Juni 2021.

 Adanya jeda pembicaraan, maka perhatian beralih pada perpanjangan kesepakatan secara terpisah antara Iran dan PBB IAEA sebagai pengawas nuklir dan berakhir pada 24 Juni.

Baca Juga: Lantik Bupati dan Wakil Bupati Tuban, Khofifah: Semoga Mampu Mewujudkan Janji yang Disampaikan

 Naftali Bennett sebagai Perdana Menteri baru Israel menjelaskan bahwa pemerintahan Ebrahim Raisi akan menjadi “rezim penggantung brutal’ bersamanya kekuatan dunia tidak dapat merundingaan terhadap kesepakatan nuklir baru.

 Ebrahim Raisi, seperti Iran Ayatollah Ali Khamenei yang merupakan sosok pemimpin tertinggi di Iran, telah memberikan dukungan mengenai pembicaraan nuklir dan rute dengan tujuan membatalkan sanksi AS yang sudah menghancurkan ekonomi di Iran.***

Editor: Muh Romli

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler