Peru Perpanjang Status Kedaruratan Nasional Lagi, Imbas Penggulingan Presiden Pedro Castillo

16 Januari 2023, 10:00 WIB
 ilustrasi demonstran di Peru  imbas penggulingan Presiden Pedro Castillo/pixel /


PRIANGANTIMURNEWS – Negara Peru harus kembali perpanjang status darurat Nasional di Ibu Kota Lima dan dua wilayah lainnya selama 30 hari.

Keputusan tersebut itu diambil setelah terjadinya protes maut terhadap pemerintah yang memicu kekerasan terburuk di negara yang berlokasi di Amerika Selatan itu.

Dipicu sebagai akibat dari penggulingan mantan Presiden Pedro Castillo, yang berusaha membubarkan Kongres dan memerintah melalui dekret.

Baca Juga: HEBOH! Pengantin Pria di Sidoarjo Rela Tinggalkan Resepsi Demi Tes Wawancara PPS

Saat itu banyak para demonstran yang melakukan pose dan memfoto pembakaran peti mati tiruan yang ditujukan untuk Presiden Peru Dina Boluarte yang sebelumnya adalah Wakil Presiden.

Membuat, pemerintah mengumumkan keadaan darurat nasional pasca protes sebulan penuh.

Sebelumnya, Boluarte Alberto Otarola, Menteri Pertahanan Peru telah mengumumkan status keadaan darurat nasional pada Rabu, 14 Desember 2022 dan kini status tersebut diperpanjang kembali akibat massa demonstran yang masih marah.

Status tersebut memberikan keluasan untuk tentara membantu polisi dalam menjaga keselamatan publik setelah hampir satu bulan protes terus berapi-api dan terjadi blokade di beberapa jalan utama.

Baca Juga: Korban Tawuran di Palembang, Seorang Remaja Ditemukan Tewas dengan Penuh Luka Bacok

Bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan telah merenggut setidaknya lebih dari 40 nyawa dalam beberapa dalam beberapa pekan terakhir dari Desember 2022 ke Januari 2023.

Perpanjangan status darurat tersebut meberi wewenang khusus kembali kepada polisi, serta membatasi kebebasan, termasuk hak untuk berkumpul bebas.

Pemerintah juga menerapkan jam malam di Ibu Kota Lima dan dua wilayah lainnya, yaitu wilayah Puno dan wilayah Cusco.

Dalam aksi jalan kaki di Lima pada Sabtu, 14 Januari 2023, para pengunjuk rasa atau demonstran mengibarkan bendera nasional berdampingan dengan spanduk berbingkai hitam sebagai arti dari tanda berkabung.

Baca Juga: Malaysia Open 2023: Ganda Putra Fajar-Rian Juarai BWF Super 1000 Perdana, Kado Indah Awal Tahun

Para pengunjuk rasa itu mengecam Presiden Dina Boluarte, yang sehari sebelumnya telah meminta maaf atas kematian pengunjuk rasa.

Sehingga meminta sebuah penyelidikan atas insiden itu kematian tersebut.

Protes terhadap Presiden Dina Boluarte, yang sebelumnya menjabat wakil presiden di bawah Castillo semakin meluas semenjak mantan Presiden Pedro Castillo dicopot dari jabatan sebagai Presiden.

Masyarakat pun melampiaskan kekesalannya dan berkata bahwa Dina Boluarte itu munafik.

"Dia munafik," ungkap Tania Serra ketika berbicara di tengah teriakan massa, yang berdesak-desakan dengan polisi dengan dilengkapi peralatan anti huru-hara.

Baca Juga: Diduga Diremas Area Sensitifnya, Penyanyi Pradikta Wicaksono Terlihat Kesakitan Beredar di Media Sosial

"Dia bilang maaf, maaf, tapi dia tidak keluar untuk berbicara, dia mengirim polisi, tentara untuk membunuh," katanya dengan penuh amarah.

Pada Minggu, 15 Januari 2022, jajak pendapat dilakukan oleh Ipsos Peru yang diterbitkan di surat kabar Peru 21 yang dilakukan dari tanggal 12 sampai 13 Januari 2023.

Hasilnya mencatat bahwa 71 persen masyarakat Peru tidak menyetujui pemerintahan di bawah kepemimpinan Dina Boluarte.

Para pengunjuk rasa mendesak Presiden Boluarte untuk mundur dari jabatannya. Serta meminta Pedro Castillo, yang ditangkap karena alasan pemberontakan, segera dibebaskan.***

 

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler