11 Jurnalis Meninggal di Palestina, Media Israel Kecam Penggambaran Negaranya Sebagai Teroris

17 Oktober 2023, 06:30 WIB
Komite Kebebasan tengah melakukan shalat jenazah untuk dua rekannya yang terbunuh dalam serangan Israel yang ditargetkan. /Anadolu/

PRIANGANTIMURNEWS - Sebanyak 11 jurnalis yang bertugas di Palestina dilaporkan meninggal di Jalur Gaza dalam Eskalasi Kekerasan yang dilancarkan Israel.

Angka korban jurnalis media massa lokal dan internasional tersebut menjadi yang tertinggi saat ini, dimana mereka secara sengaja ditargetkan oleh tentara Israel.

Terhitung sejak hari pertama perang Hamas-Israel yang meletus sejak Sabtu, 7 Oktober 2023. Sudah terdapat 11 jurnalis yang meninggal.

Baca Juga: Bocah Palestina-Amerika Umur 6 Tahun Ditikam hingga Tewas, Dampak Perang Hamas dan Israel

Sementara 20 orang jurnalis dilaporkan juga terluka dan dua orang hilang, dalam insiden penyerangan yang menargetkan pers di Palestina tersebut.

Laporan tersebut dirilis oleh afiliasi Pers di Palestina bernama Komite Kebebasan dalam sebuah 'Dokumentasi Penargetan Jurnalis'

Dokumentasi tersebut menampilkan bagaimana tentara Israel benar-benar menargetkan para Jurnalis di Palestina sejak awal perang hingga Minggu, 15 Oktober 2023.

Baca Juga: 2670 Rakyat Palestina Meninggal dalam Serangan Israel, Genosida Paling Mengerikan!

Dalam salah satu pernyataan dokumentasi tersebut, terdapat kecaman terhadap Israel yang sangat jelas memerangi jurnalis di Palestina secara fisik.

“Eskalasi kekerasan dalam penargetan jurnalis Palestina,” kutip dalam dokumentasi Komite Kebebasan

Diumumkan bahwa telah terjadi penyerangan pula terhadap 20 rumah milik Jurnalis di Palestina.

Baca Juga: Merinding! Ditemukan Selembar Ayat Al Qur'an di Puing-Puing Masjid Gaza Palestina, Ternyata Surah As Saffat

Itu bahkan menyebabkan kemarahan Jurnalis yang memuncak, dimana beberapa anggota keluarga dari mereka yang tak bersalah meninggal secara tragis.

Hal tersebut adalah pelanggaran perang yang telah dikecam seluruh dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tidak hanya korban jurnalis yang berjatuhan. Tetapi beberapa kantor media massa lokal Palestina dan kantor cabang media massa Internasional hancur oleh Israel.

Baca Juga: Perang Palestina dan Israel Memuncak: Strategi Hamas Lancarkan Serangan Balasan Terbesar

Dengan total 50 kantor pusat dan lembaga media massa hancur akibat serangan udara yang ditargetkan langsung.

Termasuk kantor Jaringan Media Al-Aqsa, Kantor Berita Ma'an, Surat Kabar Al-Quds, Radio Baladna, Radio Zaman, dan Radio Al-Quran.

Bahkan kantor berita Internasional seperti kantor cabang Al-Jazeera , TV Palestina, dan kantor cabang AFP juga hancur.

Baca Juga: Perang Palestina dan Israel Memuncak: Strategi Hamas Lancarkan Serangan Balasan Terbesar

Di wilayah Tepi Barat, eskalasi kekerasan terhadap Jurnalis di Palestina tersebut termasuk penembakan langsung, penahanan reporter, pemblokiran liputan.

Termasuk penyitaan dokumentasi dan penghancuran peralatan jurnalis oleh tentara Zionis Israel.

Perang framing di media massa Internasional kian ramai hari ke hari, antara media Pro Palestina dan media Pro Israel.

Baca Juga: Diserang Israel Saat Operasi Militer, 80 Persen Rumah di Jenin Hancur

Bahkan dalam hal ini, Presiden Joe Biden berani memberitakan kabar HOAX dan fitnah tentang pasukan Hamas yang telah memenggal kepala bayi Israel.

Dimana bahkan CNN international sendiri, telah menyatakan bahwa hal tersebut tidak dapat dikonfirmasi oleh pihaknya.

Setelah dokumentasi penyerangan dan pembunuhan terhadap jurnalis di Palestina tersebut viral dan menjadi perbincangan dunia.

Baca Juga: Rencana Licik Israel Bertajuk Perdamaian: Membagi Dua Wilayah Al Aqsa milik Palestina Lewat RUU

Laman pastingan Israel dan Pro Israel melakukan kampanye hasutan, dengan meminta media atau platform tempat pengunggahan tersebut untuk segera melakukan penghapusan.

Israel meminta penghapusan penyerangan dan pembunuhan yang dilakukannya, tepatnya yang terekam oleh Jurnalis Palestina.

Serta mengecam para pers di Palestina dengan penyabotase dan bagian dari kelompok teroris. Sehingga dunia harus melihat darah mereka mengalir.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Anadolu

Tags

Terkini

Terpopuler