Tindakan keras dan semena-mena otoritas Israel terhadap pengunjuk rasa menyebar ke Masjid Al-Aqsa, di mana pasukan keamanan Israel menyerbu kompleks itu berkali-kali selama bulan suci Ramadhan, dan melukai ratusan jemaah Muslim.
Pada 9 Mei, di bawah tekanan, pengadilan tinggi Israel menunda keputusan pengusiran empat keluarga Palestina. Tanggal pengadilan baru akan diumumkan dalam 30 hari, kata pengadilan.
Tetapi ketegangan tetap tinggi ketika jet tempur Israel membom Jalur Gaza yang terkepung dan pengunjuk rasa Palestina telah ditembak mati di Tepi Barat yang diduduki dan di Israel.
Pada hari Minggu pasukan Israel membunuh seorang pengemudi Palestina yang menabrakkan mobilnya ke penghalang jalan polisi di Sheikh Jarrah, dan melukai enam petugas.
Iskafi berasal dari salah satu keluarga Palestina yang menghadapi pengusiran dan menunggu keputusan akhir dari pengadilan. Dia mengatakan pada Minggu malam bahwa polisi telah mengunci keluarganya di rumah mereka sepanjang malam hingga malam berikutnya.
Baca Juga: Biden Akan Membantu Palestina dengan Membangun Kembali Rumah yang Hancur di Gaza Setelah Pemboman
“Mereka menempatkan tiga sampai empat tentara di pintu setiap rumah kami untuk mengunci kami di dalam. Setiap kali kami mencoba untuk keluar, mereka berkata kepada kami: ‘Kamu tetap di dalam atau kami akan mengalahkanmu,'” ungkap Iskafi.
Pada hari Selasa, ada protes besar-besaran terhadap pengepungan yang dilakukan di lingkungan itu, kata Iskafi.
“Konfrontasi itu berat dan setidaknya 36 orang Palestina terluka. Pada hari yang sama kami seperti biasa melakukan protes damai di lingkungan kami ketika polisi datang dan memukuli kami," lanjutnya.