Pembakaran Al Quran Dilakukan Lagi, Paludan: Berjanji Melanjutkannya setiap Jumat

- 28 Januari 2023, 18:12 WIB
 Aksi aktivis sayap kanan Rasmus Paludan ketika membakar Al-Qur'an, 21 Januari 2023 lalu/Youtube Channel Quint Hindi
 Aksi aktivis sayap kanan Rasmus Paludan ketika membakar Al-Qur'an, 21 Januari 2023 lalu/Youtube Channel Quint Hindi /

PRIANGANTIMURNEWS - Seolah tidak takut dengan ancaman dari seluruh umat muslim Dunia, Rasmus Paludan aktivis sayap kanan ini kembali membakar kitab suci Al-Qur'an.

Semakin menunjukkan betapa intoleransinya Swedia di mata Dunia.

Walau kebebasan berpendapat dijunjung tinggi di negara tersebut, namun rasisme tinggi dan sikap provokatif kepada anti-islam justru menjadi bayangan buruk negara nordic yang dikenal dengan keindahannya tersebut.

Baca Juga: Terekam Kamera! Detik-detik Sebuah Rumah di Cimahi Roboh, Penyebab dan Korban Jiwa Masih di Dalam

Membuat Swedia dikecam dan dimuaki warga negara-negara mayoritas muslim dengan ucapan-ucapan manis terkait toleransi berpendapat yang tidak sesuai dengan penerapan tindakan.

Rasmus Paludan yang berkewarganegaraan Denmark dan Swedia, memang dikenal sebagai seorang aktivis sayap kanan yang sangat anti-Islam.

Dibuktikan dengan tindakan-tindakannya di masa lalu dan pembakaran Al-Qur'an akhir-akhir ini.

Provokator yang membuat negara muslim tersebut marah, sebelumnya telah melakukan aksi serupa pada tangga 21 Januari 2023.

Baca Juga: Sedih Tinggalkan Anak, Mantan Suami Lina Jubaedah Teddy Pardiyana Divonis 1,3 Tahun Penjara

Belum sampai satu beberapa hari, Paludan kembali mengulangi aksi yang dikecam umat muslim dengan membakar kitab suci Al-Qur'an pada hari Jumat, 27 Januari 2023 di depan sebuah Masjid di Kopenhagen, luar Kedutaan Besar Turki, Denmark.

Pada hari Jumat tersebut, provokator itu mengulangi kata-kata yang sama terhadap Turki, Al-Qur'an dan Umat Muslim di seluruh Dunia.

Serta Paludan berjanji akan melanjutkan pembakaran tersebut setiap hari Jumat sampai Swedia diterima di NATO.

Tindakan tersebut kembali membuat Turki harus memanggil duta besar Denmark setelah politisi sayap kanan membakar kembali kitab suci umat Islam di dekat Masjid Kopenhagen.

Baca Juga: Kasus Gratifikasi di Papua, KPK Ungkap Lukas Enembe Tolak Berobat di RSPAD dan Minta ke Singapura

Argensi berita Pemerintah Turki, Anadolu Agency menulis laporan bahwa duta besar negara Denmark dipanggil ke kantor Kementerian Luar Negeri dan hampir semua pejabat mengecam tindakan provokatif terhadap umat muslim tersebut.

"Mengecam keras izin yang diberikan untuk tindakan provokatif ini yang jelas merupakan kejahatan rasial," dilansir dari Anadolu Agency
.
Duta besar diberitahu bahwa sikap Denmark tidak dapat lagi diterima dan Turki akan melakukan izin dicabut.

Membuat kementerian luar negeri Turki mengeluarkan pernyataan dengan menyebut Rasmus Paludan adalah "Seorang Penipu yang membenci Islam!" dan menyayangkan fakta bahwa Negara Swedia dan Denmark mengizinkannya melakukan demonstrasi.

Baca Juga: Kasus Gratifikasi di Papua, KPK Ungkap Lukas Enembe Tolak Berobat di RSPAD dan Minta ke Singapura

“Menunjukkan toleransi terhadap tindakan keji yang menyinggung kepekaan jutaan orang yang tinggal di Eropa mengancam praktik hidup berdampingan secara damai dan memprovokasi serangan rasis, xenofobia, dan anti-Muslim,” ungkap Kemenlu Turki.

Lars Lokke Rasmussen, Menteri luar negeri Denmark menyampaikan kepada media Denmark bahwa insiden itu tidak akan mengubah hubungan baik antara Denmark dengan Turki.

Menlu Denmark menambahkan bahwa mereka bermaksud untuk berbicara dengan Turki, tentang undang-undang di Denmark yang menegakkan kebebasan berpendapat dan berekspresi.

“Tugas kami sekarang adalah berbicara dengan Turki tentang bagaimana kondisi di Denmark dengan demokrasi terbuka kami, dan bahwa ada perbedaan antara Denmark sebagai sebuah negara dan rakyat kami seperti itu dan kemudian tentang orang-orang individual yang memiliki pandangan yang sangat berbeda,” kata Løkke Rasmussen.

Baca Juga: Linu, Master Kungfu Wang Liutai Punya Teknik Tak Biasa, Mengarahkan Kayu Besar ke Selangkangan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Swedia untuk tidak mengharapkan dukungannya atas tawaran North Atlantic Treaty Organization ( NATO ), setelah aksi Paludan beberapa hari lalu.

Turki pun menunda pertemuan penting di Brussels, tanpa batas waktu yang akan membahas keanggotaan Swedia dan Finlandia.

Swedia dan Finlandia adalah negara yang bertetangga. Berusaha untuk bergabung dengan aliansi militer NATO di tengah perang di Ukraina. Padalah dalam riwayat sejarahnya, kedua negara tersebut mengambil kebijakan non-blok .

Aksi mereka untuk bergabung NATO membutuhkan persetujuan dari semua anggotanya, namun turki memblokirnya.

Turki memang selalu mendesak negara tersebut untuk menindak kelompok bersenjata Kurdi, aktivis, dan kelompok lain yang dianggapnya teroris. Termasuk buronan negara Turki cari.

Baca Juga: Penipuan dengan Modus Kerja Sama Katering, 23 Warga Kuningan jadi Korban, Kerugian Mencapai Rp3 Miliar

Namun, Swedia malah justru dilindungi kelompok tersebut termasuk buronan Turki. Ditambah dengan adanya kasus Rasmus Paludan, membuat Turki semakin murka.

Rasmus Paludan mendapatkan perlindungan dan keamanan dari polisi. Aksinya digelar setiap Jum'at. Musik keras menggelegar dari luar masjid saat berbicara, berupaya upaya untuk mengeraskan kata-katanya, dikutip dari The Associated Press.

“Masjid ini tidak punya tempat di Denmark,” ungkap Paludan

Dalam siaran langsung di halaman Facebooknya, mengenakan helm pelindung lengkap serta dikelilingi polisi anti huru-hara.

“Begitu dia (Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji bahwa saya tidak akan membakar Alquran di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul 2 siang.”

Baca Juga: Muntahkan Lava Pijar, Erupsi Anak Krakatau Capai 31 Kali Per Januari

Pada hari Jumat, protes diadakan di beberapa negara mayoritas Muslim untuk mengecam protes Paludan di Swedia dan beberapa insiden yang serupa terjadi di Belanda.

Kecaman serta protes datang dari negara-negara Muslim terdekat seperti Pakistan, Irak dan Lebanon, berakhir dengan orang-orang bubar secara damai.

Di ibu kota Pakistan, Islamabad, polisi menghentikan beberapa pengunjuk rasa yang mencoba berbaris menuju Kedutaan Besar Swedia.

Selain itu kecaman pun datang dari negara muslim lain, seperti Arab Saudi, Iran, Malaysia, dan termasuk Indonesia.***

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x