Susi Pudjiastuti Temukan Seorang Eselon III di KKP Miliki Uang Rp195 Miliar Hasil Bisnis Baby Lobster

- 8 April 2021, 06:49 WIB
Mantan Menteri KKP 2014-2019 Susi Pudjiastuti
Mantan Menteri KKP 2014-2019 Susi Pudjiastuti /Priangantimurnews/Selasa, 6 April 2021

PRIANGANTIMURNEWS- Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Kerja 2014-2019 Susi Pudjiastuti mengatakan, Lobster sekarang sudah sulit ditemukan di Perairan Pangandaran

Waktu saya jadi Menteri, terungkap salah seorang eselon III di KKP memiliki uang Rp195 miliar hasil bisnis baby lobster.

Ekspor lobster dari hasil tangkapan di laut Pangandaran ke Jepang tinggal kenangan karena laut Pangandaran tidak lagi memiliki sumber daya alam lobster.

Baca Juga: Polres Sumedang, Geledah Ruang Napi di Lembaga Pemasyarakatn kelas IIB Sumedang

Pernyataan tersebut diucapkan Susi Pudjiastuti saat pemusnahan alat tangkap baby lobster hasil sita di lapang Katapang Doyong, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Dia mengatakan, sejak tahun 1983 sampai 2000 pedagang bakul ikan dapat ekspor lobster ke luar negara.

Jepang salah satu negara yang pasarnya menerima ekspor lobster dari Indonesia sekitar 80 persen dan dikirim dari laut Pangandaran.

Baca Juga: Satu Keluarga Bunuh Diri Massal, Salah satu Keluarga Sempat Pamit di Media Sosial 

"Sekitar tahun 2000 kami merasakan lobster mulai langka, setelah saya jadi Menteri KKP tahun 2014 baru tahu kalau ada yang menjalankan bisnis baby lobster," kata Susi.

Dulu kata Susi, nelayan bisa mendapat lobster membawa menggunakan sepeda motor dengan keuntungan Rp7 juta hingga Rp10 juta.

"Satu orang bakul ikan, dulu bisa mendapat lobster 3 kwintal, jika di uang kan menjadi Rp30 juta hingga Rp40 juta," tambah Susi.

Baca Juga: Polres Bandara Soetta dan BKIPM Berhasil Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster yang Akan Dikirim ke Singapura

Dijelaskan Susi, nelayan Pangandaran, kalau hanya untuk mencari makan, cukup mendapat ikan, tapi kalo dari lobster bisa kaya, uangnya dibeli rumah, sawah, dan kebun.

"Kondisi normal seperti dulu mendapatkan uang dari ikan dan lobster saya rasa sulit saat ini karena orang dengan mudah merusak dan menjarah laut dengan begitu mudah dan seenaknya," jelas Susi.

Susi menegaskan, lobster yang bisa dikonsumsi dan tembus ke pasar ekspor hanya dari 12 negara, Indonesia masuk pada ke 12 negara itu.

Baca Juga: PK PMII IAIC Komentari Pilkades Serentak di Kabupaten Tasikmalaya

Melawan penangkapan dan bisnis baby lobster ibarat melawan sebuah tembok besar.

"Banyak keterlibatan oknum dalam praktek bisnis baby lobster yang menjanjikan banyak uang tersebut," terang Susi.

Oknum tersebut ada yang dari petugas bandara, oknum dari KKP hingga oknum dari aparat Polisi.

"Karena keuntungan dalam menyelundupkan baby lobster ke Vietnam itu bisa mencapai ratusan juta dolar," sambung Susi.

Baca Juga: Kakek Biadab Tega Cabuli Cucunya Sendiri, Tergiur karena Sering Dimandikan

Untuk satu rangsel berisi baby lobster, kata Susi bisa menghasilkan uang Rp1 miliar hingga Rp2 miliar.

"Waktu saya jadi Menteri, terungkap salah seorang eselon III di KKP memiliki uang Rp195 miliar hasil bisnis baby lobster," tutur Susi.

Padahal kata Susi, yang paling mudah untuk menggerakan ekonomi rakyat adalah laut dengan hasil perikanannya.

Lalu, kata Susi, potensi kekayaan alam yang sangat menjanjikan itu dengan seenaknya dirusak, dikeruk sumber daya alam nya.

Semasa jadi Menteri, Susi mengeluarkan regulasi tegas larangan penangkapan baby lobster, halitu menjadi kontroversi dari beberapa pihak.

Baca Juga: Penyuap Edhy Prabowo Hanya Dituntut 3 Tahun Penjara, Ini Alasan dari Jaksa Penuntut Umum KPK

"Resiko yang paling saya rasakan adalah dibenci orang dengan saya mengeluarkan regulasi larangan penangkapan baby lobster itu, tapi saya tetap teguh pada pendirian agar laut Indonesia tetap terjaga," terang Susi.

Sementara, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata termasuk satu-satunya Bupati di Indonesia yang tidak mau mengeluarkan surat asal benih.

"Benih lobster itu ada surat asal dari mana benih lobster itu berasal, saya Bupati yang tidak mau mengeluarkan surat itu," kata Jeje.

Jeje mengaku banyak mendapat godaan dan rayuan dari pelaku usaha kelas besar yang menjalankan bisnis baby lobster.

Baca Juga: Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 di Pangandaran Terkendala Droping dari Provinsi

"Saya ini anak nelayan, saya tahu kalau masuk pada rangkaian bisnis baby lobster potensi lobster di laut Pangandaran akan punah," tambahnya.

Jeje berharap pemusnahan alat tangkap baby lobster yang dilakukan di Pangandaran sebagai simbol perlawanan melawan terhadap bisnis baby lobster.

"Mari kita jaga alam kita agar tetap lestari dan kekayaan yang terdapat di laut jangan sampai dijarah karena bisa mempunahkan potensi yang ada," pungkas Jeje.***

Editor: Agus Kusnadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah