Kanker Paru Mengintai Generasi Muda Indonesia, Terutama Wanita Perokok Pasif

5 Desember 2023, 14:30 WIB
Ilustrasi paru paru/ Berikut 10 Upaya Pencegahan Kanker Paru-Paru yang Efektif /Pexels

 

PRIANGANTIMURNEWS - Ketua Kelompok Kerja Onkologi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, SpP (K), membeberkan fakta mencengangkan terkait angka kejadian kanker paru di Indonesia.

Menurutnya, Indonesia memiliki kasus kanker paru yang menyerang generasi muda lebih cepat, dengan selisih usia hingga 10 tahun dibandingkan negara-negara lain, terutama pada perempuan.

Fenomena ini disebabkan oleh tingginya jumlah perokok di Indonesia, yang berdampak pada paparan asap rokok ke keluarga, khususnya anak-anak.

Baca Juga: Heboh! Rizky Febian, Lyodra, Mahalini, dan JKT48 Bakal Tampil di TV Show Shopee 12.12 Birthday Sale

Dalam diskusi kesehatan di Jakarta pada Senin 4 Desember 2023, Sita mengungkapkan, Di Indonesia jika dilakukan penelitian di mana-mana angka kanker paru itu 10 tahun lebih muda dibandingkan dengan data di negara lain.

Menurutnya, risiko kanker paru meningkat hingga 20 kali lipat akibat kebiasaan merokok.

Hal ini diperparah dengan mulainya merokok pada usia yang lebih muda dan peningkatan paparan pada perempuan non-perokok, menjadikan usia terjadinya kanker paru lebih muda 10 tahun.

Baca Juga: Mahfud MD Ajak Masyarakat Agar Pilih Pemimpin Atas Dasar Hati Nurani di Pemilu 2024

Lebih lanjut, frekuensi merokok tinggi pada laki-laki dapat berdampak pada anggota keluarga lainnya, terutama perempuan dengan riwayat keluarga kanker paru.

Dr Sita juga menyoroti terkait indikasi kanker paru yang harus diwaspadai, seperti sesak napas, batuk disertai darah, nyeri pada dada, dan gejala mirip stroke.

Pentingnya deteksi dini disampaikan oleh Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) ini, dengan mencatat bahwa pencegahan pada stadium dini dapat meningkatkan angka ketahanan hidup hingga 5 tahun.

Baca Juga: Memanas! Ridwan Kamil Vs Husein Ali: Loh Ko Postingan Saya Hilang, Berikut Klarifikasinya

Rokok, e-sigaret konvensional, dan shisha memiliki tingkat nikotin yang tinggi, bahkan hingga 30 kali lipat, meningkatkan risiko kanker paru.

Skrining melalui Low Dose CT Scan (LDCT) pada usia di atas 45 tahun, bagi perokok aktif atau pasif, mantan perokok, serta mereka yang terpapar bahan kimia, dianggap penting untuk mendeteksi stadium awal.

Sita menekankan, Deteksi dini atau skrining bisa mempercepat penemuan diagnosis stadium awal sebanyak 23%. Meski tanpa gejala, skrining perlu dilakukan sesuai kriteria, seperti usia, riwayat perokok, dan pekerjaan yang terpapar bahan kimia.

Baca Juga: Taufik Rahman Menyayangkan Tindakan Klinik Alifa menolak Berikan Rekam Medis Korban, Berikut Alasannya

Dalam menghadapi situasi di Indonesia, Sita menegaskan perlunya pemeriksaan yang lebih intensif. Untuk laki-laki apalagi dengan mantan perokok, jika ada indikasi, maka lakukan diagnosis dini kalau ada nodul dan berasosiasi dengan tuberkulosis maka cek dahak TB.***

Editor: Rahmawati Huda

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler