Filosofi 'Kolak' yang Punya Makna Mendalam, Ini Penjelasannya!

- 25 Maret 2023, 12:48 WIB
Kolak pisang yang memiliki filosofi yang dalam/Endeus.tv
Kolak pisang yang memiliki filosofi yang dalam/Endeus.tv /

PRIANGANTIMURNEWS- Saat bulan puasa, tibanya waktu berbuka sangat dinantikan oleh siapa saja. Setelah seharian berpuasa, saat berbuka puasa tubuh kita memerlukan asupan makanan yang bisa menggantikan energi selama kita berpuasa.

Banyak makanan khas Indonesia yang menjadi makanan pembuka atau takjil ketika kita berbuka puasa. Makanan ini adalah makanan yang identik dengan bulan puasa. Ya... Makanan takjil khas ramadhan ini tiada lain adalah : Kolak

Makanan dengan bahan dasar larutan gula aren atau gula kelapa di campur santen. Larutan tersebut kemudian ditambah potongan buah-buahan. Biasanya memakai potongan pisang dan ubi. Ada juga yang memakai labu atau kolang-kaling.

Baca Juga: Teguh! Jamaah Masjid Al Banjar Tetap Lanjutkan Shalat Meski Diguyur Hujan Deras

Nama Kolak ternyata mempunyai filosofi yang bernilai luhur. Kolak diyakini merupakan simbol penyebaran agama Islam di tanah air khususnya di Pulau Jawa.

Hal ini diungkap oleh Sejarawan Universitas Negeri Malang , Dwi Cahyono. Menurut dia, kata kolak diduga berasal dari bahasa Arab yakni 'Kholiq' yang artinya Sang Pencipta.

Kolak juga kata Dwi Cahyono berasal dari kata 'Qola' yang artinya berbicara. Sedangkan pisang kepok yang rata-rata menjadi isian kolak dikaitkan dengan kata 'kapok' yang artinya dalam Bahasa Jawa adalah jera.

Baca Juga: Fenomena Okultasi Venus Terjadi Saat Ramadhan, Terlihat Jelas di Seluruh Indonesia

Maksudnya agar manusia kapok atau jera berbuat dosa dan maksiat. Kalau kolak yang isinya ubi. Dalam bahasa jawa ubi adalah 'telo pendem' atau ketela tanah. Maksudnya agar manusi selalu ingat akan kematian. Karena manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Lalu di dalam kolak ada santan atau santen. Kata ini dihubungkan dengan kata 'pangapunten' dalam bahasa jawa atau 'hapunten' dalam bahasa Sunda. Kata ini artinya maaf.

Orang tua kita jaman dulu atau nenek moyang kita memang jago memberikan simbol-simbol yang mengandung filosofi.

Contohnya dari kolak makanan khas bulan puasa. Dalam satu mangkuk kolak , kita diajari untuk mengingat beberapa hal.

Baca Juga: Tayang Malam Ini! Skuad Garuda Siap Tampil Menggebrak Tajam! Inilah Line Up Timnas Indonesia Vs Burundi

Yang pertama kita diajari mengingat Sang Pencipta lewat kata Kholik yang diteruskan dalam kata Kolak.

Yang kedua, agar kita merasa kapok atau jera untuk melakukan perbuatan buruk atau maksiat. Pesan ini diterapkan dalam kata 'kapok' yang diambil dari isian kolak yakni pisang 'kepok'.

Yang ketiga kita diingatkan dengan kematian. Pesan ini tersurat dalam bahan isian yakni ubi yang berasal dari tanah. Dan yang terakhir kita diingatkan untuk saling memaafkan. Pesan ini tersurat dalam bahan larutan kolak yakni santan atau santen.

Kata ini berasal dari Bahasa Jawa dan Sunda yakni 'pangapunten' dan 'hapunten'.

Baca Juga: Jelang Ibadah Haji 2023, Kemenag Merilis Data Jemaah yang Berhak Lunasi BIPIH

Nah.. Sambil merenungi filosofi kolak ini priangantimurnews.com mengingatkan Anda untuk segera menyiapkan untuk takjil puasa hari ke 3 ini dengan kudapan kolak.

Kolak, selain rasanya lezat dan bergizi juga bisa mengingatkan kita akan filosofi-filosofi bernilai luhur tersebut. ***

Sumber: Instagram @narasinewsroom.

Editor: Galih R


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x