PRIANGANTIMURNEWS – Anak-anak Palestina merasa ditinggalkan dan mengalami trauma setelah adanya kampanye penghancuran rumah yang kejam oleh Israel.
Hal ini terjadi ketika masyarakat Palestina yang berada di Yerusalem Timur Sheikh Jarrah dan Silwan menghadapi insiden penggusuran rumah dan menunggu keputusan Mahkamah Agung Israel.
Dilansir priangantimurnews.pikiran-rakyat.com dari Save the Children pada Senin, 28 Juni 2021, empat dari lima anak yang berada di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, rumahnya sudah dihancurkan oleh otoritas Israel dan mengungkapkan bahwa mereka merasa ditinggalkan oleh dunia.
Baca Juga: BPOM Sudah Merekomendasikan Usia 12-17 Bisa Ikut Vaksin, Ini Tanggapan Sekdis Pendidikan
Organisasi hak anak melakukan konsultasi pada 217 keluarga Palestina dan semua rumah yang mereka miliki dihancurkan oleh otoritas Israel pada 10 tahun terakhir.
80 persen anak-anak yang dikonsultasikan telah kehilangan kepercayaan pada komunitas internasional dan pihak berwenang, bahkan orang tua mereka yang bertugas untuk membantu dan melindungi.
Anak-anak merasa bahwa mereka tidak berdaya dan putusasa terhadap masa depan.
“Kami terus bergerak mencari tempat tinggal - ketidakstabilan membuatku gila. Saya merasa bahwa ke mana pun saya pergi, mereka akan datang untuk saya dan menghancurkan hidup saya,” menurut Faris seorang anak berusia 14 tahun dilansir Save the Children pada Senin, 28 Juni 2021.
Baca Juga: Fahri Hamzah Hingga Fadli Zon Tanggapi Pemanggilan BEM UI oleh Rektorat
Anak-anak merasa terisolasi secara sosial serta tidak memiliki hubungan dengan komunitas sesudah terjadinya penghancuran rumah.