"Menjauh dari area di mana demonstrasi dapat meningkat," lanjut imbauan.
Kementerian Luar Negeri Turki menyampaikan bahwa tindakan rasisme terhadap Islam di AS dan Eropa kemungkinan meningkat, mencerminkan dimensi kebencian yang nyata berbahaya di negara-negara tersebut terhadap Islam.
Baca Juga: Inilah Arti dan Hakikat Qalbu yang Sesungguhnya! Simak Penjelasannya
Negara beribukotakan Ankara itu menyampaikan pada waranya bahwa potensi anti-Turki pun akan mengalami peningkatan akibat ulah Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang memang sudah mulai melakukan pemberontakan puluhan tahun melawan Turki.
Sayangnya, pemberontak tersebut dilindungi oleh Swedia yang merupakan negara bebas dan non-block. Menolak permintaan Turki untuk mengirimkan buronannya.
Menyebabkan Presiden Recep Tayyip Erdoğan kesal dan membatasi hubungan diplomasi dengan Swedia dan Finlandia jauh sebelum pembakaran Al-Qur'an.
Baca Juga: Polresta Bandung Gelar Patroli Malam, Anak Muda Kedapatan Nongkrong Bawa Miras dan Obat Terlarang
Ketika Rusia mulai menginvasi Ukraina, membuat kedua negara non-blok tersebut khawatir dan akhirnya berniat bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Namun, Turki yang merupakan salah satu negara anggota NATO jelas menolak permintaan itu melihat riwayat Swedia dan Finlandia melindungi buronan Ankara.
Sehingga terjadi aksi biadab pembakaran kitab suci Al-Qur'an oleh aktivis partai sayap kanan, Rasmus Paludan berkebangsaan Denmark-Swedia.