"Fenomena pencahayaan (lighting) saat pelepasan energi gempa satu hal yang sangat lazim terjadi di berbagai tempat di muka bumi," cuit Daryono
"itu aktivitas gelombang elektromagnetik. Jangan kejauhan lah mikir HAARP segala," lanjutnya.
Penjelasan tersebut, Daryono sampaikan melalui cuitan Twitter pribadinya @DaryonoBMKG, pada 8 Februari 2023.
"Saat batuan kulit bumi mengalami atau mendapat tekanan yang hebat dan sangat kuat, mendekati batas elastisitasnya," paparnya.
Baca Juga: Lagi, Persib Kena Denda 50 Juta Rupiah! Oknum Bobotoh Penyebabnya
"Maka sebelum failure (patah) akan melepaskan gelombang elektromagnetik," lanjutnya
"Dari sinilah awal cerita lightning during the earthquake (earthquake), pencahayaan gempa. berupa Seismoelectric Effect," akhirinya.
Daryono pun kembali menegaskan bahwa Fenomena Seismoelectric Effect serupa pernah terjadi di Indonesia saat gempa Gunung Semeru, 16 Februari 2014.
"Tak usah jauh-jauh ke Turki. Gempa Sumogawe di lereng utara Merbabu pada 16 Februari 2014 juga terdapat fenomena earthquake lightning," tegas Daryono.
Lebih lanjutnya, Earthquake Light (EQL) memang merupakan pertanda terjadinya suatu gempa besar. Namun, tidak semua gempa memiliki fenomena tersebut.