Kerusuhan Besar di Prancis Hari ke-5: Demonstran Gunakan Kembang Api untuk Melawan Polisi

- 3 Juli 2023, 09:00 WIB
 Malam kelima kerusuhan di seluruh kota di Prancis semakin memanas. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh penjarah dan sayap kanan Prancis untuk berbuat kekacauan.
Malam kelima kerusuhan di seluruh kota di Prancis semakin memanas. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh penjarah dan sayap kanan Prancis untuk berbuat kekacauan. /Anadolu/
PRIANGANTIMURNEWS - Kerusuhan besar di Prancis memasuki malam kelima, sejak pertama kali terjadi pada tanggal 27 Juni 2023.

Kerusuhan besar tersebut disebabkan karena dibunuhnya seorang pemuda keturunan Aljazira bernama Nahel (17) oleh seorang petugas polisi.

Masyarakat Prancis yang telah kesal dengan peraturan negaranya yang mereka anggap memiliki unsur diskriminasi rasial telah memicu protes massif berujung demo anarki.
 
Baca Juga: Prancis Tolak Pernyataan PBB Terkait Diskriminasi Rasial di Lembaga Penegak Hukum

Bahkan kemarahan penduduk Prancis seolah didukung oleh  Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR).

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan lembaga penegak hukum Prancis, terindikasi dugaan Diskriminasi Rasial.

Serta meminta negara itu untuk serius menangani hukum yang dianggap masyarakat Internasional sebagai 'rasis'

Malam kelima protes Paris menjadi saksi kemarahan rakyat Prancis yang masih belum mereda sama sekali.

Menjadi saksi besar bentrokan serius antara polisi dan demonstran yang terus berkelanjutan.
 
Baca Juga: Elon Musk Bawa Kerusuhan di Twitter, Bill Gates Kritik Pedas Manajemen Bobrok Elon Musk

Rekaman yang tersebar di media sosial diawali dengan menggambarkan pengunjuk rasa yang melakukan pembakaran di berbagai lokasi, seluruh kota Prancis.

Champs-Elysees Avenue yang merupakan lokasi ikonik Prancis, sekali lagi menjadi lautan manusia antara pengunjuk rasa dan polisi.

Vidio yang tersebar di Twitter menunjukkan pengunjuk rasa di Paris meluncurkan kembang api ke petugas sepeda motor yang berpatroli, memaksa mereka mundur.

Polisi melakukan patroli di sekitar hotspot wisata Champs-Elysees Avenue, dimananya telah dikosongkan.

Tetapi bentrokan antara Polisi dan pengunjuk rasa itu harus meletus di jalan-jalan sempit. Ketika aparat penegak hukum itu berusaha mencegah penjarahan dan perusakan.

Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Borne pada saat yang sama menuliskan komentar di twitternya.
 
Baca Juga: Perang Nuklir di Depan Mata: Rusia Analisis Kekuatan Gabungan AS, Inggris dan Prancis

Mewakili Kementerian Dalam Negeri (Kemenlu) Prancis sebagai tanggapan atas kerusuhan besar tersebut.

"Saya datang ke sini untuk menegaskan kembali dukungan penuh saya dan pemerintah saya kepada mereka," tulis Borne di Twitter.

"Malam ini, 45.000 petugas polisi dan polisi, bersama dengan ribuan petugas pemadam kebakaran, dikerahkan untuk melindungi dan menegakkan ketertiban umum," teganya.

Kediaman Walikota Vincent Jeanbrun dari L'Hay-les-Roses menjadi sasaran massa demonstran. Mereka membakar kendaraan di sekitarnya.

Beberapa keluarga Jeanbrun dilaporkan terluka dan shock, ketika mereka mencoba menanggapi respon pembunuhan tersebut.

Video yang tersebar juga telah menunjukkan betapa kacaunya negara itu.

Kekacauan terjadi di berbagai kota besar termasuk Paris, Marseille, Lyon, Strasbourg, dan Nice.
 
Baca Juga: Perang Nuklir di Depan Mata: Rusia Analisis Kekuatan Gabungan AS, Inggris dan Prancis

Di Kota Strasbourg, Rennes dan Venissieux, pengunjuk rasa bertopeng menargetkan polisi dengan kembang api.

Kota Marseille juga menjadi saksi banyaknya korban yang terluka karena polisi diduga menembakkan peluru karet untuk menekan pengunjuk rasa.

Para pengunjuk rasa menyerbu sebuah dealer mobil dan melarikan diri dengan beberapa kendaraan.

Sementara dua polisi terluka setelah terkena kembang api yang diluncurkan oleh pengunjuk rasa.

Di Kota Montpellier, polisi menggerebek sebuah toko yang sedang dijarah. Protes besar tersebut dimanfaatkan oleh penumpang hitam seperti penjarah.

Sebuah mobil polisi bertabrakan dengan pengunjuk rasa bertopeng di tengah jalan di Kota Maubeuge saat sebuah mobil dibakar.

Para pejabat memulai melakukan pengejaran terhadap pengunjuk rasa yang melarikan diri.

Juga Kota Strasbourg, protes kembali terjadi dengan para demonstran meluncurkan kembang api ke arah polisi keamanan.

Hingga akhirnya, satuan pasukan khusus mengerahkan kendaraan lapis baja untuk mengintervensi dan memadamkan kerusuhan itu.

Protes meningkat di Kota Rennes dengan kelompok bertopeng yang juga melemparkan kembang api ke arah polisi.

Walikota Nice, Christian Estrosi melaporkan bahwa sebuah toko dijarah oleh sekelompok pemuda.

Estrosi juga mengatakan bahwa para penjarah telah ditangkap oleh polisi berkat kamera pengintai.
 
Baca Juga: Olimpiade 2024 Prancis Terancam Diboikot Ukraina, Bila Atlet Rusia Diizinkan Tanding

Penyiar Prancis BFMTV melaporkan bahwa beberapa walikota meminta lebih banyak bantuan dari pemerintah untuk memulihkan ketertiban.

Menteri Dalam Negeri (mendagri) Gerald Darmanin mengatakan 427 orang ditahan di seluruh Kota sejak Sabtu malam.

SAYAP KANAN TURUN IKUT TURUN TANGAN

Tuduhan telah muncul bahwa kelompok sayap kanan Prancis dan pasukan bertopeng terpaksa menyerang pengunjuk rasa di Kota Angers and Chambery.

Kelompok ekstremis 'Sn di Angers' bubar setelah menjadi sasaran sekelompok pengunjuk rasa, menurut postingan Twitter.

Dalam rekaman lain yang dilaporkan diambil di Kota Metz, beberapa orang yang memegang pedang tertangkap kamera.

Polisi mulai turun tangan ketika para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan yang menuntut keadilan atas kematian Nahel (17) keturunan Aljazira (Afrika Utara).
 
Baca Juga: Ternyata Inilah Hubungan Buruk Karim Benzema Dengan Timnas Prancis! Cek Faktanya

Dirinya ditembak dari jarak dekat oleh seorang petugas pada hari Selasa, 27 Juni 2023 di Nanterre, pinggiran Paris.

Hampir 2.000 orang telah ditangkap, sementara lebih dari 200 petugas polisi terluka. Dalam laporan lainnya.

Petugas yang menembak Nahel saat ini menghadapi penyelidikan pembunuhan sukarela resmi dan telah ditempatkan dalam penahanan awal.***

KEY: kerusuhan besar, hari kelima, Prancis, polisi, pengunjuk rasa, twitter, OHCHR, Nahel, ditembak mati, kembang api, enjarah, sayap kanan.



Malam kelima kerusuhan di seluruh kota di Prancis semakin memanas. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh penjarah dan sayap kanan Prancis untuk berbuat kekacauan.

Editor: Muh Romli

Sumber: Anadolu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x