Kemungkinan Dampak La Nina dan Siklon Tropis, Fachri: Masyarakat Diharap Tenang, Namun Harus Waspada

- 3 November 2020, 17:51 WIB
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Rajab.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Rajab. /Dok.Pribadi/

PRIANGANTIMURNEWS-
Jumlah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan selama bulan Oktober 2020 lalu di atas jumlah normalnya.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Rajab menyampaikan, bahwa saat ini Siklon tropis Goni yang telah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori 5.

"Perlu diwaspadai karena bisa memicu gelombang tinggi perairan, hujan lebat, dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia, selain dampak langsung berupa bencana banjir, longsor dan angin kencang di Filipina," ujar Fachri melalui pers rilis Deputi Bidang Klimatologi BMKG Jakarta Harizal MSi lewat pesan WhatsAppnya, Selasa, 3 November 2020.

Baca Juga: Pjs Bupati Dani: Pangandaran Memang Suka Bikin Orang Kasmaran

Kata Fachri, siklon tropis Goni terbentuk di Samudera Pasifik barat dan diprediksikan jalur lintasannya menuju Laut Cina Selatan hingga beberapa hari ke depan setelah melewati Filipina Siklon tropis Goni merupakan Siklon tropis ke-3 yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara-negara Asia Tenggara di sekitar Laut Cina Selatan setelah Siklon tropis Saudel dan Molave.

"Selama Oktober 2020 ini, telah terjadi 7 siklon di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan (sementara rata rata klimatologis kejadian siklon tropis untuk Oktober adalah 3-4 kejadian), diantaranya: TC Chan-hom (2 Okt), TS Linfa (9 Okt), TS Nangka (11 Okt), Depresi Tropis Ofel (13 Okt), TC Saudel (16 Okt), Depresi Tropis 20 W (19 Okt), TC Molave (23 Okt), TC Goni (27 Okt), TS Atsani (28 Okt). TC adalah tropical cyclone (siklon tropis) sedangkan TS adalah tropical storm (badai tropis). Keduanya adalah jenis badai tropis namun berbeda tingkatan, dimana jenis siklon tropis (TC) memiliki luasan pusaran dan kecepatan angin yang lebih kuat daripada jenis tropical storm (TS)," papar Fachri.

Sejumlah study menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan dengan kejadian La Nina yang sedang berlangsung. Wang et al (2007, Journal of Marine Systems 68(3)) menemukan bahwa pembentukan siklon (siklogenesis) memiliki peluang yang lebih besar menjelang musim dingin di Belahan Bumi Utara setelah permulaan La Nina, sementara lebih banyak pembentukan siklon pada musim panas selama permulaan El Nino. Chan (2000, _Journal of Climate_ 13(16)) juga menyebutkan, dalam tahun-tahun La Nina, Laut Cina Selatan cenderung memiliki lebih banyak terjadi Siklon Tropis pada bulan September dan Oktober, sementara wilayah Samudera Pasifik Barat lainnya, aktivitas Siklon Tropis cenderung berkurang di bulan Agustus hingga November.

Namun, kata dia, dalam hal ini masih terdapat perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan iklim dimana sebagian mereka menyatakan bahwa kondisi El Nino menyebabkan intensitas siklon tropis di wilayah ini lebih kuat dan memiliki durasi lebih lama (Chun Hsu, 2013; Camargo & Sobel, 2004). Studi terbaru oleh Liu dan Chan (2017, _International Journal of Climatology_ 38(3) mengungkapkan jika terjadi peristiwa La Niña dan keadaan suhu permukaan laut sekitar kolam hangat (warm pool) Indo-Pasifik mengindikasikan persistensi lebih dingin dari wilayah sekitarnya, kemungkinan terjadinya siklon tropis akan melebihi kondisi normalnya.

Namun kata Fachri, perlu dipahami masyarakat bahwa La Nina bukanlah jenis badai tropis, bukan berupa pusat tekanan rendah dan pusaran angin yang menyebabkan curah hujan dan kecepatan angin ekstrim.

"La Nina adalah kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, dan diikuti oleh penguatan aliran angin pasat timur," ujarnya.

Halaman:

Editor: Agus Kusnanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x