Isu Legalitas Ganja Medis yang Diperjuangkan Sinta untuk Kesembuhan Anaknya, Disorot Prof Dr Zubairi

- 30 Juni 2022, 15:33 WIB
Prof Dr dr Zubairi Djoerban menyoroti isu legalitas ganja medis./Tangkapan layar/Instagram/@profesorzubairi/
Prof Dr dr Zubairi Djoerban menyoroti isu legalitas ganja medis./Tangkapan layar/Instagram/@profesorzubairi/ /

PRIANGANTIMURNEWS- Isu legalitas ganja medis kembali hidup, usai Santi Warastuti bersama anaknya bentangkan poster bertuliskan "Tolong anakku butuh ganja medis" di Bundaran Hotel Indonesia, 26 Juni 2022. 

Bahkan perjuangan Santi Warastuti sudah bergulir sampai ke parlemen (DPR), wakil presiden RI H Amin Ma'arif hingga MUI, agar ganda medis dilegalkan demi kesembuhan anaknya Santi. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi (Kanker) Prof Dr dr Zubairi Djoerban Sp PD KHOM melalui unggahan di media sosial Twitter pribadinya, apakah ganja medis aman?

Baca Juga: Barcelona dan Manchester United Sedikit Lagi Sepakat untuk Transfer Frenkie de Jong

Seperti dilansir Priangantimurnews.com dari akun Twitter @ProfesorZubairi, Kamis 30 Juni 2022. 

"Penting rasanya bagi kita tahu sedikit sejumlah hal tentang ganja untuk medis ini," tulis akun tersebut. 

Apakah ganja medis itu aman? 

Seperti diketahui fakta bahwa ganja medis sudah legal di sejumlah negara, bahkan untuk non medis sekalipun. 

Akan tetapi, tidak berarti sepenuhnya aman. Jika penggunaan tidak ketat, bisa disalahgunakan, yang menyebabkan konsekuensi kesehatan bagi penggunanya.

Baca Juga: Mulai 1 Agustus 2022, Harga Tiket Masuk Pulau Komodo Jadi Rp 3,7 Juta

Penggunaan ganja untuk medis sejauh apa? 

Sudah banyak sekali studi yang diangkat  tentang ganja. Ada yang bisa menjadi obat, tapi masih banyak  yang belum diketahui tentang tanaman tersebut.

Terlebih saat pengguna melakukan interaksi dengan obat-obatan yang lain, yang akan terjadi di dalam tubuh manusia. 

Apakahsudah ada obat ganja yang disetujui di negara tertentu? 

Diketahui di AS, FDA telah menyetujui satu obat ganja nabati yakni Epidiolex), yang mengandung cannabidiol murni (CBD) dari tanaman ganja. 

Epidiolex bisa digunakan untuk mengobati kejang, serta kelainan genetik langka yang diderita oleh penderita. 

Baca Juga: Satu Zulhijjah 1443 Hijriah Jatuh Pada Jumat 1 Juli 2022

Selain itu, FDA telah menyetujui dua obat sintetis tetrahydrocannabinol (THC), digunakan untuk mengobati mual. 

Pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, selain itu bisa untuk meningkatkan nafsu makan pada penderita HIV/AIDS. 

Apakah ada temuan kalau obat ganja lebih baik? 

Sejauh ini, belum ada bukti obat ganja lebih baik. Termasuk untuk nyeri kanker dan epilepsi, yang banyak diderita pasien. 

Namun, ganja medis bisa menjadi alternatif, akan tetapi bukan yang terbaik. Karena, belum ada penyakit yang obat primernya dari ganja. 

Baca Juga: Pro Kontra Jordi Amat Pasca Gabung Ke JDT

Apakah penggunaan ganja medis bisa memberi efek ketergantungan dan halusinasi? 

Bicara soal pengawasan dan dosis berlebihan, hal ini yang perlu perhatian serius semua pihak.

Itu sebabnya, penggunaan ganja medis harus sangat ketat dilakukan oleh dokter yang meresepkannya. Sehingga nanti tidak disalahgunakan. 

Apakah akan mengalami 'high' juga? 

Dosis yang dibutuhkan untuk tujuan medis, biasanya jauh lebih rendah dibandingkan tujuannya untuk rekreasi (hiburan). 

Ketika mengkonsumsi, yang jelas pengguna atau pasien tidak diperbolehkan mengemudikan kendaraan, karena sangat berbahaya. 

Baca Juga: Guru Honorer Kabupaten Tasikmalaya Gempur Gedung Bupati Tuntut Formasi PPPK Tahun 2022

Selain itu, obat-obatan jenis ini THC dan CBD ini tidak boleh dikonsumsi, baik wanita sedang hamil maupun menyusui. 

Apakah ada penggunaan ganja non medis yang aman? 

Sejauh ini, para ilmuwan di dunia tidak mempunyai cukup bukti yang menyatakan konsumsi ganda dengan cara tertentu lebih aman daripada yang lain. 

Bagimana dengan vaping ganja? 

Diketahui saat ini, banyak sekali laporan produk vaping yang mengandung THC, yang mengalami cedera paru-paru hingga berujung kematian. 

Apakah Cerebral palsy bisa dengan ganja medis?

Baca Juga: Inilah Resep Olahan Gulai Daging Sapi Idul Adha yang Enak dan Bikin Ketagihan 

Studi penggunaan THC dan CBD pada penderita cerebral palsy sudah ada. Akan tetapi manfaatnya masih rendah.

Maka dari itu, Prof Dr dr Zubairi Djoerban menyarankan Santi ada bahasan lain untuk menolong anak ibu Santi Warastuti oleh para ahli terkait. 

Bagaimana ganja medis di mata seorang dokter? 

Dia menilai, sebelum menyarankan harus benar-benar menimbang, apakah ganja medis lebih aman dari obat lain yang akan diresepkan. 

Selain itu, kemungkinan interaksi obat, apakah akan memperburuk kecemasan, atau berpotensi menyebabkan gangguan psikotik bagi penggunanya.

Baca Juga: Ketua IOSKI Wiwin Ingin Mengangkat Potensi Olahraga Senam Kreasi di Pangandaran

Tentu banyak hal yang harus dipikirin dan ditimbang sebelum mengeluarkan resep penggunaan ganja medis untuk pengobatan. 

Diketahui setiap obat itu memiliki potensi efek samping, termasuk ganja medis yang harus diminimalkan. 

Dalam menetapkan dosis harus diperhatikan, terlebih untuk menjaga kondisi pasien. Sehingga mendapatkan efek ringan terhadap obat yang dituju atau dikonsumsi.***

Editor: Galih R

Sumber: Twitter @ProfesorZubairi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x