Sebelum Proklamasi, Soekarno Mendatangi Tempat Jayabaya Pernah Bertahta, Ada Apa?

- 9 Agustus 2022, 19:03 WIB
 Ritual petilasan Jayabaya/antarafoto
 Ritual petilasan Jayabaya/antarafoto /

Sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak henti-hentinya pula saban hari, saban menit, saban jam menunggu-nunggu dan mengharap-harap, kapan, kapankah matahari terbit ?.

Soekarno menolak tuduhan pemerintah kolonial bahwa ide ratu adil adalah buatan para penghasut, seperti kiai, dukun, atau intelektual yang punya lidah licin dan pena tajam.

Ide-ide yang menggerakkan rakyat adalah hasil dari kesengsaraan rakyat sendiri.

Kemasyhuran ramalan Jayabaya sangat populer di zaman Jepang. Ramalan Jayabaya yang berbunyi tentang keruntuhan Jepang menginspirasi rakyat untuk bergerak dan melawan penjajah dan kebengisan tentara Jepang.

Oleh karenanya, ramalan Jayabaya menjadi motivasi akan gerakan rakyat yang di dorong oleh semangat doktrinal khazanah Jawa.

Baca Juga: Tujuh Meninggal Dunia Akibat Banjir di Korsel, KBRI:Tidak Ada WNI Yang Terdampak Banjir

Ramalan Revolusi yang menginspirasi gerakan massa antara lain tebu saujun, ana wedon saka lor kulon, Ake mul more putih, ateken tebu wulung artinya ada seongok tebu, ada hantu dari barat laut, berselimut mori putih, bertingkat tebu hitam.

Tafsir dan analisa dari ramalan Jayabaya mengarah pada kekalahan Belanda pada Jepang yang digambarkan sebagai hantu yang hidup lagi untuk menjajah Indonesia.

Hantu itu bersembunyi pada kain putih, terlihat hendak menolong, padahal ia sejatinya tetap hantu yang akan menyengsarakan rakyat.

Keakraban Soekarno dengan ide dan visi ratu adil Jayabaya tidak hanya semata teoretis. Soekarno benar-benar mempraktikkan ide dan gagasan ramalan ratu adil dalam hidupnya.***

Halaman:

Editor: Muh Romli

Sumber: Buku Dunia Batin 2 Macan Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x