China Membuka kembali Perbatasan dengan Hong Kong, Di Tengah melonjaknya COVID yang melanda Wilayahnya

- 7 Januari 2023, 11:21 WIB
Stasiun kereta cepat di China./Pixel
Stasiun kereta cepat di China./Pixel /

PRINGANTIMURNEWS- Setelah tiga tahun melakukan kontrol perbatasan pandemi, dan pengisolasian negaranya, Akhirnya China mengumumkan akan membuka kembali perbatasannya dengan Hong Kong   

Kabar tersebut juga sudah dikonfirmasi kebenarannya oleh Kantor Urusan Hong kong dan Macau. Dengan mengkonfirmasi aturan baru tersebut pada Kamis, 5 Januari 2023 lalu.

“Penduduk Hong Kong yang bepergian ke dataran China tidak lagi harus dikarantina atau menjalani tes COVID-19 setelah mereka tiba sebagai bagian dari langkah untuk melanjutkan perjalanan lintas batas dengan cara yang bertahap dan teratur," berikut pernyataan, yang dikutip dari aljazeera.com hari kamis.

Baca Juga: Sejumlah Anak Keracunan Chiki Nitrogen di Tasikmalaya, Kemenkes: Laporkan!

Namun dalam pemberitaannya, pengunjung masih tetap harus memberikan tes yang memiliki hasil negatif dari tes COVID. Tes tersebut harus dilakukan dan dilaporkan dalam kurun waktu 48 jam masa berlaku sebelum akhirnya diizinkan pergi.

Selain itu juga mewajibkan penulisan surat pernyataan kesehatan, setelah itu hasilnya tes diverifikasi. China dikabarkan pula akan melanjutkan penerbitan visa perjalanan dan bisnis bagi penduduk yang melakukan perjalanan melalui jalur darat dengan tujuan Hong Kong.

Laporan yang masuk bahwa sudah lebih dari 236 juta perjalanan dilakukan melintasi perbatasan China-Hong Kong sebelum pandemi, terangkum dalam data pemerintah.

Baca Juga: Semifinal Piala AFF: Jadwal Malaysia Vs Thailand, Link Live Streaming dan Head To Head Kedua Tim

Beijing menyampaikan langkah tersebut akan segera dilakukan setelah membuka kembali perbatasan internasional yang negara tersebut terapkan yang membatalkan karantina wajib mulai tanggal 8 Januari 2023 mendatang.

Pengumuman tersebut adalah langkah yang diambil oleh negara tirai bambu tersebut dalam melonggarkan kebijakan pembatasan Nol COVID .

Kebijakan Nol Covid sendiri adalah kebijakan yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan menekan kasus COVID, tetapi kondisi tersebut malah menimbulkan biaya sosial dan ekonomi yang justru menguras perekonomian negara tersebut.

Baca Juga: Parah! Calon Istri Dianiaya Menjelang Pernikahan, Polisi Tangkap Pelaku!

China telah mengumumkan akan membuka perbatasannya dengan Hong Kong pada hari Minggu sebelumnya. Mengakhiri tiga tahun pembatasan pandemi yang telah mengisolasi pusat keuangan dari daratan China tersebut.

Hong Kong adalah termasuk negara yang menerapkan versi strategi  tidak terlalu ketat merespon kebijakan Nol COVID. Mencabut sebagian besar pembatasan negara pada bulan Desember, walau masker masih tetap wajib diterapkan di sebagian besar tempat.

Dilaporkan, sebagai dampak imbas pencabutan kebijakan Nol COVID, kini infeksi COVID di China telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir.Penguncian dan karantina wajib, sudah perlahan tidak diterapkan lagi.

Baca Juga: Intip Rok Perempuan dan Kolektor Video Mesum, Pria Asal Bandung Dibekuk Satreskrim Polresta Bandung

Otoritas kesehatan telah melaporkan hanya segelintir kematian, namun berbanding terbalik dengan adanya bukti dari rumah sakit, kamar mayat dan krematorium bahwa kematian telah meningkat tajam di seluruh negeri. Menimbulkan kontradiksi negara tersebut dimata Dunia.

Beberapa ahli kesehatan memperkirakan negara itu dapat mengalami dua juta kematian populasi, sebagai akibat dari kurangnya kekebalan alami. Serta cakupan vaksin yang tidak merata di antara orang tua menyebabkan banyaknya kasus kematian di China.

Membuat negara-negara termasuk Perancis, India, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) telah mewajibkan tes COVID negatif dan tindakan pembatasan lain untuk turis dari China di tengah kekhawatiran akan melonjaknya kasus varian baru yang mungkin lebih berbahaya.

Baca Juga: Qoriah Nadia Hawasy yang Videonya Viral Akhirnya Buka Suara, Ini Penjelasannya

China tidak terima dengan perlakuan tersebut dan mengkritik langkah-langkah tersebut yang dianggapnya tidak memiliki dasar ilmiah dan diskriminatif.***

Sumber: Aljazeera.com

Editor: Galih R


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x