Petani Mengeluh, Diserang Wereng Panen Padi Musim Rendeng Turun hingga 30 Persen

- 14 Maret 2021, 18:00 WIB
 Taryan bersama anak dan istrinya warga Desa Ligung Lor, sedang memanen padi yang diserang wereng coklat, Minggu 14 Maret 2021
Taryan bersama anak dan istrinya warga Desa Ligung Lor, sedang memanen padi yang diserang wereng coklat, Minggu 14 Maret 2021 /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PRIANGANTIMURNEWS - Sejumlah petani di Kecamatan Ligung, Kabupaten Majaleng mengeluh, panen padi di musim rendeng menurun hingga 30 persen.

Panen menurun karena tanaman padi kali ini terserang hama wereng yang mengganas secara tiba-tiba dan kondisi batang padi yang rebah akibat terus dihantam banjir.

Akibat hal tersebut produksi gabah petanipun anjlok hingga 30 persenan, kondisi ini diperparah oleh harga yang juga anjlok. Harga gabah kering giling hanya mencapai Rp 410.000- Rp 420.000 per kw saja di tingkat petani, dan gabah kering pungut hanya Rp 300.000 per kw.

Baca Juga: Bantuan Beasiswa untuk Mahasiswa Luar Kampus Pangandaran Akan Segera Direalisasikan, Bupati Jeje: Tahun Depan

Menurut keterangan sejumlah petani di Desa Ligung Lor, Taryan, Tohir dan Tasini, masa panen harusnya masih sekitar satu mingguan, karena tangkai dan bulir padi bagian ujung masih hijau belum berisi penuh. Namun karena hama wereng coklat yang tiba tiba mengganas akhirnya padi terpaksa dipanen dini.

Serangan wereng ini cukup meluas dan semalam bisa menyerang hingga berhektare-hektare, jika dibiarkan tidak dipanen maka kerusakan padi akan semakin parah dan petani bisa tidak memanen sawahnya karena gabah bisa seluruhnya hampa.

“Sekarang saja seminggu diserang wereng hasil langsung anjlok. Yang lain sudah dipanen sejak dua hari kemarin karena wereng banyak, ujung bulir di makan. Kalau dibiarkan bisa-bisa setengahnya habis,” kata Taryan.

Baca Juga: Taukah Kamu Selain Berfungsi untuk Mendengar Ternyata Telinga Mampu Gambarkan Kepribadian Seseorang, Yuk Simak

Menurut Tohir seperti dikutip priangantimurnews.com dari Pikiran Rakyat, para petani kini memanen sawahnya masing-masing, mencari tenagah untuk memanen padi sulit karena ingin menyelamatkan padinya dari serangan wereng. Sekarang menurutnya dari setiap hektare sawah yang biasa diperoleh sekitar 5 ton per hektare hanya diperoleh sekitar 3,5-4 tonan saja.

“Untung ada mesin rontogan jadi tidak dibantu panen oleh orang lainpun masih bisa cepat asal nyabitnya cepat. Pagi jam lima sudah ke sawah atau sore nyabit pagi di rontog,” kata Tohir.

Halaman:

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah