Belakangan usaha hamburger di Jakarta semakin sepi gara-gara Covid-19 hingga untuk sewa kontrakan sebulan Rp 500.000 saja sulit. Karena pedapatan kotor per hari hanya Rp 100.000.
“Ketika di Jakarta berpikir usaha apa yang bisa dilakukan jika berhenti jualan burger karena rugi terus, mikir setiap malam, cukup lama. Hingga akhirnya saya berpikir menekuni usaha sayur seperti saat masa remaja sebelum menikah. Tapi jika saya jualan sayur harus tampil beda dengan yang lain sekaligus memanfaatkan baju yang ada,” ungkap Jujun yang aslinya berasal dari Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Majalengka yang menjadi salah satu pusat pertanian holtikultura.
Dua bulan lalu akhirnya pulang ke kampung halamannya di Blok Wates, untuk berjualan sayuran. Dia diberikan modal oleh istrinya sebesar Rp 1.700.000 untuk membuat gerobak dan modal membeli sayuran.
Baca Juga: Karakter Hubungan Berdasarkan Bulan Kelahiran, Kamu Bulan Apa Nih
Kini setiap sore usai magrib Jujun berbelanja sayuran ke Pasar Induk Maja dengan alasan agar konsisi sayur lebih segar, dan baru pulang sekitar pukul 22.00 malam.
Esoknya baru berjualan, pagi-pagi mangkal terlebih dulu di rumah, baru pukul 06.00 WIB ke luar rumah, mangkal di dekat balai kampung. Dan kembali pulang sebelum duhur setelah sayuran habis terjual.
“Sekarang dengan berjualan sayur Alhamdulillah pendapatan bersih bisa Rp 80.000 per hari, keliling dua desa. Saya belanja sayur ke Maja agar lebih segar tapi sudah di rumah, keliling tetep layu karena udara panas,” kata Jujun ayah dua anak ini.
Karena ingin penampilannya lebih menarik ketika berjualan sayur, Jujun berusaha mengenakan pakaian yang berbeda setiap harinya.
Baca Juga: Pemkot Bandung Keluarkan Tiga Kebijakan pada Bulan Ramadhan 2021, Berikut Penjelasannya
Pada hari Senin misalnya dia mengenakan jas, lengkap dengan dasi dan sepatun pantofel. Pada hari Selasa mengenakan baju ala orang berangkat ke kantor, baju putih atau polos sepatu pantofel lengkap dengan dasi.