Pemberian Profesor Kehormatan Megawati Dinilai Sarat Politis

13 Juni 2021, 09:32 WIB
Kolase Rocky Gerung dan Megawati Soekarno Putri /Instagram @rockygerungfans/

PRIANGANTIMURNEWS - Pengamat politik Rocky Gerung menilai pengukuhan gelar Profesor Kehormatan Guru Besar Tidak Tetap (GBTT) yang diberikan kepada mantan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menjadi peristiwa politik.

"Pasalnya, di balik pengukuhan gelar itu beberapa waktu lalu, publik akan berspekulasi bahwa ada tukar tambah yang bernilai politis," kata Roky dikutif priangantimurnews.com dari akun Instagram @rockygerungfans Minggu 13 Juni 2021.

Kata, Roky, sesuatu yang sebenarnya normal, akhirnya membebani dunia ilmiah Indonesia. Usai pengukuhan gelar profesor, Megawati diharuskan untuk mengajar.

Baca Juga: Kepergian Istri Tercinta Membuat Yasonna Laoly Sangat Terpukul

“Nanti Bu Mega harus pindah dari memimpin rapat jadi memimpin bimbingan para mahasiswa. Itulah konsekuensi dari gelar tersebut,” katanya.

Jika perannya sebagai dosen tak dijalani, isu muatan politis dari gelar Megawati akan terus beredar di masyarakat.

“Tak cuma Bu Mega, bahkan mungkin petinggi universitasnya dan dari Dikti itu hanya ingin melakukan promosi politik dan bukan promosi akademik,” ujar, Roky.

Rocky menyebutkan, pendapatnya bisa menjadi valid. Karena, Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek Nizam mengucapkan selamat atas dikukuhkannya Megawati sebagai profesor kehormatan.

Baca Juga: Pemberian Gelar Profesor Kehormatan Kepada Megawati Menciderai Perguruan Tinggi

Padahal, Nizam sebelumnya diketahui sempat mengatakan bahwa tidak ada gelar profesor kehormatan di perguruan tinggi.

Kata Roky gelar guru besar atau dosen tidak tetap itu ajaib.

"Itulah kekeliruan yang terjadi di Indonesia. Kalau di luar negeri, gelar itu memang ada. Namun, syaratnya sangat banyak,”ungkap Rocky.***

Editor: Muh Romli

Sumber: Instagram @rockygerungfans

Tags

Terkini

Terpopuler