PRIANGANTIMURNEWS – Tujuh orang tewas ketika pasukan keamanan menembaki protes anti-junta di Myanmar pada Kamis, 11 Maret 2021.
Saksi mata dan media lokal mengatakan, bahwa peristiwa tersebut terjadi ketika kelompok hak asasi Amnesty International menuduh militer mengadopsi taktik pertempuran terhadap para demonstran.
Enam orang tewas di pusat kota Myaing ketika pasukan menembaki protes. Seorang petugas kesehatan di sana memastikan keenam kematian tersebut.
Baca Juga: Sepuluh tahun berlalu, Jepang Berduka atas Korban Gempa dan Bencana Fukushima
"Kami memprotes dengan damai," kata pria berusia 31 tahun itu, seperti dikutip priangantimurnews.pikiran-rakyat.com dari laporan Reuters.
“Aku tidak percaya mereka melakukannya,” lanjutnya.
Satu orang lagi tewas di distrik North Dagon di Yangon, kota terbesar Myanmar, kata media domestik. Foto-foto yang diposting di Facebook menunjukkan seorang pria berbaring telungkup di jalan, berdarah karena luka di kepala.
Baca Juga: Junta Myanmar Menghapus Pemberontak Rakhine dari Daftar Teroris
Sebelum kematian hari Kamis, kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan lebih dari 60 pengunjuk rasa telah tewas dan sekitar 2.000 orang telah ditahan oleh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari terhadap pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Amnesty International menuduh tentara menggunakan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa dan mengatakan banyak pembunuhan yang didokumentasikan sama dengan eksekusi di luar hukum.