Aprilia Manganang Mempunyai Kelainan Hipospadia Sejak Lahir, Apa Itu Kelaianan Hipospadia? Yuk Simak

- 12 Maret 2021, 12:05 WIB
Aprilia Manganang, memiliki kelainan hipospadia sejak lahir.
Aprilia Manganang, memiliki kelainan hipospadia sejak lahir. /Instagram @aprilia.manganang/

PRIANGANTIMURNEWS- Mantan atlet voli timnas putri Indonesia Aprilia Manganang, dipastikan berjenis kelamin laki-laki.

Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) telah memastikan status jenis kelamin satu di antara anggotanya Aprilia Manganang berjenis kelamin laki-laki.

Dalam pernyataan yang disiarkan secara langsung media nasional, Kasad Andika Perkasa menyebut, Aprilia mengalami kelainanan pada alat kelamin sejak kecil. Namun kelainan tersebut banyak terjadi.

“Kalau dikalkulasi dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia, maka terdapat sedikitnya 1,1 juta jiwa yang mengalami kondisi serupa,” ujar Andika Perkasa seperti dilansir Kalbar-Terkini.com, Rabu 9 Maret 2021.

Baca Juga: Atta Halilintar Ungkap Kondisi Kedua Orangtuanya yang Tengah Berjuang Melawan Sakit

Aprilia disebut Andika, mengalami kelainan yang disebut dengan istilah medis dengan Hipospadia. “Pada Manganang, termasuk yang spesial bukan hipospadia biasa,” lanjutnya.

Lalu, apa itu hipospadia? Dikutip dari laman resmi pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC), hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) tidak terletak di ujung penis.

Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama pekan ke 8-14 kehamilan.

Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada beberapa kasus, lubang kencing ada yang terletak di bawah kepala penis, di batang penis, dan bahkan ada yang di skrotum atau buah zakar.

Baca Juga: AS Mengklaim Jumlah Pengangguran Mingguan telah Turun ke Level Terendah

Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung.

Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan memiliki masalah dengan percikan urin yang tidak normal, dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.

Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum.

Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.

Di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan ada 1 dari 200 bayi lahir dengan hipospadia -- menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.

Baca Juga: Kembalikan Fungsi Alami Danau sebagai Penampungan Air, Menteri PUPR Revitalisasi 15 Danau Kritis

Penyebab dan faktor risiko

Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.

Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Selain itu, perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Baca Juga: Pesanan TNI AL Kapal Bantu Rumah Sakit Bisa Tampung 7.290 Ton, Resmi diluncurkan Maret 2021

Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.

Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.

Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.

Baca Juga: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil Turut Berduka Cita Kepada Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Wado Sumedang

Tindakan yang dilakukan dalam operasi bisa saja termasuk menempatkan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.

Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan tindakan koreksi, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah