Panglima Besar Soedirman, Jenderal dari Banyumas, Ini Sejarah Singkatnya

22 Mei 2022, 14:37 WIB
Ilustrasi Jenderal Soedirman saat dilantik Presiden Soekarno /NANANG YUDI/Buku Soedirman Seorang Panglima

PRIANGANTIMURNEWS- Berlatih kepanduan di Hizbul Wathon dan menjadi guru di Sekolah Muhammadiyah, Soedirman masuk tentara pada masa kependudukan Jepang.

Kariernya melesat, pada usia 29 tahun dia dipilih sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Dikenang sebagai Jenderal sederhana yang dekat dengan prajurit, ia peletak fondasi bagi kultur bagi kultur TNI - institusi yang pernah dikutuk sekaligus dicintai.

Baca Juga: Pelatih Persib Robert Alberts Terkesima pada Ridwan Ansori, Siap Gabung Pekan Depan

Jenderal Soedirman, mungkin telah menjadi ikon sepotong jalan utama dan universitas negeri telah menggunakan namanya. Raut lelaki tirus itu pernah tertera pada sehelai uang kertas.

Di Jakarta, tubuhnya yang ringkih diabadikan dalam bentuk patung setinggi 6,5 meter di atas penyangga 5,5 meter. Menghadap utara, dibalut jas yang kedodoran, ia memberi hormat entah kepada siapa.

Barangkali, hanya sedikit cerita yang kita ingat dari Soedirman, sejumput kenangan dari buku sejarah sekolah menengah.

Ia panglima tentara pertama, orang yang keras hati. Ia pernah bergerilya dalam sakit yang akut tuberkulosis menggerogoti paru-parunya.

Baca Juga: Liga Champions: Inter Milan Tak Scudetto Bukan Artinya Gagal

Memang, sejak ia remaja, orang segan kepadanya, karena alim, dia dijuluki Kaji, ia aktif dalam gerakan Hizbul Wathon, kepanduan di bawah payung Muhammadiyah.

Dipilih melalui pemungutan suara sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat/Angkatan Perang Republik Indonesia pada 12 November 1945, Soedirman figur yang sulit dilewatkan begitu saja. Ia mungkin sudah ditakdirkan menjadi pemimpin tentara.

Dengan banyak pengalaman, tak sulit baginya terpilih sebagai Panglima dalam tiga tahap pengumpulan suara.

Dia menyisihkan calon-calon lainnya, termasuk Oerip Soemohardjo, kandidat lain yang mengenyam pendidikan militer Belanda.

Baca Juga: Link Download Logo Resmi Hari Lahir Pancasila 2022, GRATIS KLIK DISINI

Sentimen negatif terhadap eks prajurit Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) memuluskan jalan Soedirman untuk terpilih dalam kongres Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Yogyakarta.

Waktu itu, ia berusia 29 tahun dan terkenal di kalangan pemimpin divisi, terutama di Jawa, berkat kecakapan dan karismanya.

Ketika menjadi komandan Batalyon Pembela Tanah Air (Peta) di Kroya, dia berhasil meyakinkan Jepang agar menyerahkan senjata secara damai.

Sebagai Panglima Divisi TKR Purwokerto, Banyumas, dia juga menjadikan Kota itu sumber pasokan senjata bagi wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Baca Juga: Dwonload Sekarang! 15 Link Twibbon Hari Keanekaragaman Hayati, Gratis dan Menarik Dipasang di Media Sosial

Sebulan sesudah diangkat jadi Panglima Besar pada 18 Desember 1945, tiga hari setelah kemenangan itu. Di Gedung Markas Tinggi TKR di Gondokusuman, Yogyakarta, ia ditasbihkan oleh Soekarno dan Hatta.

Sebagai Panglima Besar, meminjam sebutan Soepardjo Roestam, mantan pengawal Soedirman adalah Bapak Tentara yang setiap perintah yang diucapkannya disetujui anak buah.

Dia dipandang berjasa dalam meletakkan fondasi bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Baca Juga: NEWS KASUS SUBANG: Yosef Blak-blakan Mereka Tidak Tahu Kejadian Yang Sebenarnya, Lalu Siapa?

Tapi tak banyak catatan tentang Soedirman. Sejumlah orang dekat memang menyinggung namanya dalam memoar mereka. Tapi setiap memoar punya sisi subyektifnya sendiri.

Soedirman dengan demikian "dilukis" dari sudut pandang kerabat, ia tak pernah tampil utuh. Ia mosaik yang terserak.

Namun, beliau merupakan Pahlawan yang telah banyak berjasa terhadap bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan, sehingga namanya banyak diabadikan sebagai nama jalan.

Baca Juga: Fahmi Idris, Mantan Menteri Perindustrian pada Masa Kabinet Indonesia Bersatu Meninggal Dunia

Mesti diingat, bagi para generasi penerus bangsa, jangan pernah melupakan sejarah perjuangan kemerdekaan dan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).***

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Buku Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir

Tags

Terkini

Terpopuler