Baca Juga: Menurut WHO Cacar Monyet Tak Boleh di Vaksin
Semar adalah dewa yang menjelma sebagai seorang abdi, seorang penghibur, yang tugasnya melayani para ksatria. Ksatria yang ditemani Semar berserta anak-anaknya selalu menang dalam pertempuran melawan raksasa dan musuh-musuhnya.
Kelebihan Semar tidak membuatnya menjadi sosok yang ambisius. Semar tetap menjadi abdi, pembantu, dan pelayan. Sebab, dengan menjadi pembantu turunan raja, Semar mempunyai kebebasan mendekati rakyat biasa, pertapa, raksasa dan lainnya.
Kesempatan berinteraksi dengan rakyat biasa dan pertapa membuat Semar leluasa mengajarkan konsep dan kepercayaan kepada orang Jawa.
Semar selalu menjelma menjadi guru, sesepuh, dan pemimpin orang Jawa. Ia dianggap memiliki kekuatan yang mampu mengembalikan keseimbangan di alam semesta.
Baca Juga: Link Tiket Konser ‘Westlife: The Wild Dreams Tour’ dan Price Harganya ada di Sini!
Sehingga sejumlah orang Jawa menjunjung tinggi dan menjadikan panutan bermacam-macam agama.
Semar lahir dari telur yang menetas sendiri bersama makhluk tertua lainnya, Batara guru, dan Togog. Hal ini menjadi dasar keyakinan masyarakat Jawa bahwa Semar adalah makhluk tertua di jagat.
Simbol Semar ini menjadi lekat dengan Soeharto. Kalau Soeharto tidak mengenal Semar dalam kehidupannya, ia tidak akan menggunakan istilah Super Semar dalam menyebut peristiwa pergantian kepemimpinan dari Soekarno ke Soeharto.
Semar seolah menjadi inspirasi bagi Soeharto dalam proses kepemimpinannya. Peristiwa 11 Maret 1966 menjadi momen keramat bagi Soeharto dalam pergantian kepemimpinan.