Setelah semua terpenuhi, barulah keluar izin dari Rusmanto, sang juru kunci Gua Semar tersebut.
Sebelum sampai ke gua Semar, Soeharto telah melakukan serangkaian pertapaan, di Gua Jambe Lima dan Gua Jambe Pitu, lalu Gua Suci Rahayu di kawasan gunung Selok, Cilacap, Jawa Tengah.
Baca Juga: Kasus Subang Terkini, Ini Pemicu pak Yosep Emosi ke Danu dalam Pembunuhan Ibu dan Anak
"Di Suci Rahayu itulah, Soeharto melakukan penyucian awal," kata Rusmanto.
Langkah selanjutnya, bertapa ke Gunung Srandil, masih di Cilacap. Gunung di tepi pantai itu di kenal sebagai tempat khusus untuk ziarah.
Disanalah dimakamkan para leluhur tanah Jawa, Eyang Agung Heru Cokro, Eyang Sukmo Sejati, Eyang Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amongrogo, Nini Dewi Tanjung Sari, dan Eyang Langlangbuono atau yang lebih di kenal disebut Ismoyo Ratu.
Dari sana, Soeharto melanjutkan tapa di Gunung Lawu, tempat menghilangnya Raja Brawijaya. Disana, ia melalui empat tahap pertapaan, yakni di Argo Dalam, Argo Tumila, Argo Piruso, dan Argo Tiling.
Setelah itu, ia bertapa lagi di sebuah gunung kecil di kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah. Selain bertapa, di gunung tersebut juga diadakan acara nyekar di makam Syeh Jamu Karang.
"Barulah setelah itu, lokasi terakhir pertapaan dilakukan di kawasan Dieng," ucap Rusmanto.
Ketika Soeharto datang, kondisi Dieng belum sebagus sekarang. Jalannya berbatu-batu, menanjak, dan berlubang. Menurut Rusmanto, Gua Semar merupakan istana terakhir Mandala Sari alias Semar.