Dampak Kebakaran Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh, Situasi Memburuk Jelang Ramadhan

8 Maret 2023, 05:45 WIB
Pasca terjadi kebakaran, sejumlah warga Rohingya sedang berada di Kamp Pengungsi di Bangladesh /Anadolu/

PRIANGANTIMURNEWS - Dampak kebakaran Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh situasi akan semakin memburuk jelang bulan suci Ramadhan.

Kebakaran yang terjadi pada Kamp Pengungsi Rohingya terbesar Cox's Bazar pada Minggu, 5 Maret 2023 lalu. Menyebabkan mereka berdiri di dalam tiga penderitaan.

Pertama, ketika mereka melarikan diri dari kampung halamannya di Myanmar akibat pembantaian dan genosida.

Baca Juga: Gambaran tentang Dunia, Tiga Keadaan Manusia Selama Hidup di Dunia

Kedua, penurunan bantuan kemanusiaan dari World Food Programme (WFP) yang merupakan organisasi PBB yang mengurus bantuan pangan.

Ketiga, kebakaran hebat yang kini telah menghanguskan tempat tinggal mereka. Sebabkan hampir 12 ribu etnis Rohingya kehilangan tempat berlindung.

Situasi semakin memburuk karena permasalahan kedua, dimana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memotong anggaran untuk bantuan pengungsi Rohingya.

Baca Juga: Ibu Hamil Tewas! DPR RI Desak Menkes Pecat Kepala RSUD Ciereng Subang Jawa Barat

Menjelang bulan suci ramadhan, dilaporkan situasi tersebut akan semakin memburuk. Terutama bagi anak-anak dan wanita hamil.

Mohammed Rezuwan Khan (25) seorang pengungsi dan aktivis muda di Kamp Pengungsi Cox's Bazar mengatakan kesulitannya.

Dirinya harus mengurus enam anggota keluarga di kamp-3 di Kutupalong. Termasuk saudara kandung yang cacat dan seorang ibu tua.

“Kami tidak bisa membeli makanan sehat dengan bantuan pangan yang ada dari PBB dan situasinya akan menjadi lebih buruk di bulan suci Ramadhan,” ujarnya.

Baca Juga: Ditolak Rumah Sakit, Ibu dan Bayi Meninggal Dunia, Anggota DPR RI Minta Kepala RSUD Subang Dipecat

Bersamaan dengan pernyataan itu, Doctors Without Borders (MSF) menyampaikan tanggapan terhadap pemotongan anggaran pangan oleh PBB terhadap WFH di Cox's Bazar

Organisasi kesehatan internasional menyampaikan bahwa keputusan PB

Bakan meningkatkan resiko kekurangan gizi dan berdampak pada kesehatan pengungsi Rohingya.

WFP memotong jatah sebesar 17 persen, tiu akan sebabkan jumlah kalori per orang berada di bawah standar minimum yang diterima.

Yakni 2.100 kalori per hari, menurut kelompok amal medis tersebut.

Asupan kalori yang berkurang menempatkan orang pada risiko kekurangan gizi dan anemia dan melemahkan sistem kekebalan tubuh pengungsi.

Baca Juga: Mengeluh Karena Gigi Kuning, Ternyata Ini Penyebabnya

Meningkatkan risiko wabah penyakit menular di masa depan seperti campak dan kolera, mereka memperingatkan hal tersebut pada WFH.

Dalam laporan MSF, 12 persen ibu hamil di rumah sakit Kutupalong dan klinik Balukhali didiagnosis alami malnutrisi akut dan 30 persen lain alami anemia

Nay San Lwin, salah satu pendiri Free Rohingya Coalition (FRC) menyampaikan pernyataan pada kantor berita Turki, Anadolu.

Bahwa keputusan yang keras seperti itu, akan memperdalam kerawanan pangan dan malnutrisi di Kamp Pengungsi terbesar Dunia di Bangladesh.

Dalam laporannya pula, hampir lebih dari sepertiga anak di sana sudah terhambat pertumbuhannya dan kekurangan berat badan.

“Permintaan kami yang rendah hati kepada PBB untuk meninjau keputusan keras ini, meningkatkan dukungan mereka untuk orang-orang Rohingya", ungkap Lwin.

Baca Juga: Inilah Bacaan Doa Nisfu Syaban, Dibaca Malam Ini, Selasa 7 Maret 2023

"Serta memberikan tekanan efektif pada militer dan otoritas Myanmar untuk menghentikan kejahatan kekejaman," lanjutnya.

"Tolong pastikan repatriasi sukarela, aman, bermartabat, dan berkelanjutan dari semua pengungsi Rohingya ke rumah dan tempat asal mereka di Arakan." akhiri Lwin.

Di sisi lain Dr. Abu Toha MR Bhuiyan, Koordinator kesehatan di kantor Komisi Bantuan dan Repatriasi Pengungsi (RRRC) di Bangladesh menyampaikan,

Bahwa langkah WFP pasti akan benar-benar berdampak buruk pada pasokan nutrisi yang semakin sedikit untuk Rohingya.

Dirinya menarik benang merah, bahwa makanan dan kesehatan itu adalah dua kebutuhan utama bagi setiap manusia termasuk pengungsi Rohingya.

Toha mendesak PBB dan donatur lain untuk tidak memotong anggaran untuk sektor makanan dan kesehatan di Kamp Pengungsian Rohingya.

Baca Juga: 7 Tips Menghadapi Tanah Longsor, Antisipasi Pergeseran Tanah Akibat Hujan Deras

“Permintaan saya kepada PBB dan semua donatur lainnya untuk tidak memotong sepeser pun anggaran makanan dan kesehatan untuk Rohingya,"  ujar Toha.

"Kondisi tersebut demi kelangsungan hidup mereka sebagai manusia berjalan baik,” kata lanjutnya.

Perlu diketahui Jepang telah melakukan deklarasi untuk memberikan tambahan bantuan pangan darurat sebesar 1 US dollar (USD) juta kepada WFP.

Anggaran tersebut diajukkan untuk bantuan kemanusiaan pada pengungsi Rohingya, dan disambut baik oleh warga-warga Rohingya.

Jepang sangat berharap apa, tentang hal yang coba dilakukan tersebut dapat menjadi inspirasi bagi negara lainnya.

“Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan," ungkap Toha.

"Tetapi ini adalah inisiatif Jepang yang menggembirakan bagi para donatur dan pemberi bantuan lainnya,” akhirinya.

Baca Juga: Tanah Longsor di Natuna Bawa Petaka Besar, Satu Kampung Tertimbun dan 15 Orang Meninggal

Toha mendesak para pemimpin global untuk mengurangi anggaran produksi senjata perusak jika terjadi krisis pendanaan.

Serta tidak sesekali membatasi anggaran pangan bagi masyarakat rentan yang sebagian besar bergantung pada bantuan untuk kelangsungan hidup mereka.

Dengan ini, pengungsi Rohingya di Bangladesh akan kembali menjalankan masa-masa sulit bahkan ketika bulan suci Ramadhan tiba.***

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Anadolu

Tags

Terkini

Terpopuler