Israel Serang Ambulan: Ismail Haniyeh ajak Dunia untuk Terus Ungkap Kemarahan Warga Gaza

4 November 2023, 07:28 WIB
Ambulan yang terkena serangan udara Israel di Rumah Sakit Sakit Al-Shifa pada Jumat, 3 November 2023. /Anadolu/

PRIANGANTIMURNEWS - Israel serang ambulan yang tengah mengangkut beberapa warga Gaza yang terluka di depan gerbang utama Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, Palestina.

Serangan udara tersebut terjadi pada Jumat, 3 November 2023 ketika ambulan hendak menuju Perbatasan Rafah, Semenanjung Sinai, Mesir untuk mengevakuasi korban luka.

Laporan tersebut disampaikan oleh juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra dalam konferensi pers di Rumah Sakit Al-Shifa.

Baca Juga: Tawaran Damai untuk Mengakhiri Konflik di Gaza, Berikut Pernyataan Pimpinan Hamas!

“Ada banyak korban dan luka-luka dalam serangan Israel yang menargetkan konvoi ambulans yang sedang menuju ke selatan untuk mencapai penyeberangan darat Rafah,” ungkap Ashraf.

Ashraf menyampaikan bahwa serangan udara Israel juga telah menargetkan ambulan lain, yakni ambulan di Jalan Pesisir Al-Rashid.

“Israel juga menargetkan ambulans di dua lokasi lain di Jalan Pesisir Al-Rashid," paparnya.

Baca Juga: 120 Negara Menyetujui Gencatan Senjata di Gaza, 14 Negara Menolak

"Membawa orang-orang yang terluka ke selatan untuk mencapai Perbatasan Rafah, dan mengangkut mereka ke Mesir,” tambahnya.

Konvoi ambulan pada Jumat, 3 Oktober 2023 membawa sejumlah besar korban luka menuju Jalur Gaza selatan.

Pemboman yang dilakukan Israel menyebabkan kerusakan parah pada ambulans yang mengangkut korban luka.

Baca Juga: Israel Gagal dalam Operasi Darat, kembali Incar RS Al-Quds di Gaza

Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan, sebanyak 13 warga Palestina tewas dan 26 lainnya terluka dalam pemboman Israel yang menargetkan ambulans di depan Kompleks Medis Al-Shifa.

Penyerangan terhadap ambulan telah memancing Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh untuk mengecam aksi brutal yang sengaja dilakukan Israel.

Dirinya juga mengecam penargetan tiga rumah sakit: yaitu Kompleks Medis Al-Shifa, Kompleks Medis Al-Quds, dan Rumah Sakit Indonesia.

Baca Juga: Genosida Israel Hancurkan Rumah Sakit di Gaza: 500 Warga Palestina Meninggal

“Pembantaian ini merupakan ekspresi kesulitan yang dialami oleh pendudukan dan pasukan daratnya," ungkap Haniyeh

"Mereka menerima serangan perlawanan secara berturut-turut,” tambahnya.

Ironisnya, kebrutalan tersebut terjadi tepat dengan kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken ke Israel.

Baca Juga: Menlu Iran Tegaskan Agar Israel Segera Hentikan Perang di Gaza

"Ini adalah hasil dari lampu hijau dan kedok terbuka yang diberikan AS kepada pendudukan," kecamnya.

"Dengan tingkat tantangan terhadap semua nilai kemanusiaan dan hukum internasional," dia menambahkan.

Sampainya Blinken di Israel akan disertai pertemuan dengan Menlu beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Arab Saudi, dan Mesir.

Baca Juga: Ancaman Keras Qatar Jika Isarel Terus Serang Gaza Palestina

Pertemuan tersebut akan mempertegas posisi negara Arab yang menyerukan gencatan senjata dan usaha untuk mencari solusi jalan tengah.

Dilaksanakan di Amman, Yordania pada Sabtu, 4 November 2023 mendatang dalam rangka menghentikan perang Israel di Gaza dan bencana kemanusiaan yang diakibatkannya.

Serangan udara besar-besaran yang terjadi, sebenarnya juga tidak memandang bulu. Kondisi tersebut juga dapat mengancam para warga Israel yang disandera Hamas.

Baca Juga: Perbatasan Rafah, Pemisah antara Gaza dan Mesir Diserang Israel!

Tetapi keluarga para sandera Israel pada hari yang sama malah menuntut agar gencatan senjata di Jalur Gaza tidak ditandatangani.

Kecuali gencatan senjata tersebut berisi point kembalinya keluarga dan kerabat mereka.

“Tidak ada gencatan senjata yang bisa dicapai di Gaza tanpa kembalinya para sandera; kami akan berada di sini tanpa batas waktu selama dibutuhkan,” lapor Channel 12.

Baca Juga: 60 Situs Pemakaman Era Romawi Ditemukan di Jalur Gaza Utara

Tapi resikonya, sandera akan musnah oleh Israel sendiri jika gencatan senjata tak terjadi.

“Apa yang kami pahami adalah (Menteri Luar Negeri AS Anthony) Blinken ada di sini untuk mempromosikan gencatan senjata kemanusiaan," papar demonstran,

"Kami khawatir hal itu tidak mencakup syarat kembalinya semua sandera, yang akan menjadi bencana,” sambungnya.

Baca Juga: Setelah Serangan Udara Israel, Dua Sekolah PBB di Gaza harus Memindahkan Ribuan Pelajar ke Fasilitas Lain

Disamping itu, Haniyeh meminta pemerintah Mesir untuk membuka perbatasan Rafah sepenuhnya. Serta mengesampingkan kepentingan politik saat menolong korban jiwa.

“Mesir perlu membuka sepenuhnya penyeberangan Rafah dan mengabaikan segala pertimbangan yang mencegah hal ini,” tegasnya.

Diakhir, dirinya menyerukan agar Muslim, Komunitas Arab, dan masyarakat Pro-Palestina untuk tetap mengungkap kemarahan mereka terhadap perang yang tak wajar tersebut.

Baca Juga: Tuntutan Israel Terhadap Rekonstruksi Gaza

"Komunitas Arab dan Islam harus terus mengungkapkan kemarahan mereka,” ungkapnya

Serta dirinya juga menyukan agar komunitas Internasional terus memikul tanggung jawab kemanusiaan, moral dan politik dengan mengakhiri kejahatan perang.

Dalam pernyataan lain, Hamas menyebut pemboman tiga rumah sakit tersebut sebagai pembantaian.

Baca Juga: Menlu Mesir Meminta Israel untuk Memberlakukan Gencatan Senjata secara Permanen di Gaza

Gerakan Palestina menganggap Amerika Serikat dan pemerintah Barat yang mendukung Israel bertanggung jawab penuh atas serangan tersebut.

Lebih dari 10.700 orang meninggal dalam konflik tersebut. Dengan detail 9.240 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagar mengatakan pada Jumat pagi, bahwa jumlah tahanan di Gaza mencapai 241 orang.

Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza tidak Pernah Benar-benar Menghentikan Kekerasan di Sheikh Jarrah

Smentara tentara Israel yang terbunuh sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 341 orang.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Anadolu

Tags

Terkini

Terpopuler