Ditengah Laporan Lonjakan Besar Kasus COVID, Pemerintah China Hentikan Penerbitan Data Harian

- 26 Desember 2022, 19:14 WIB
Ilustrasi aksi protes warga china
Ilustrasi aksi protes warga china /Pixel/

Baca Juga: Link Live Streaming Piala AFF 2022 Brunei vs Indonesia: Shin Tae-yong Isyaratkan Rotasi Pema

“Tes PCR massal hanya dilakukan di sekolah, rumah sakit, panti jompo dan unit kerja berisiko tinggi; ruang lingkup dan frekuensi pengujian PCR akan dikurangi lebih lanjut,” isi pedoman baru tersebut berbunyi.

Padahal sebelumnya China amat gencar menggelar tes COVID 19, jika menemui kasus baru di daerah tertentu. Namun di bawah pedoman yang terbaru, warga China bahkan tidak diwajibkan lagi memberikan hasil tes negatif COVID-19 ketika akan bepergian lintas Provinsi.

Bahkan saat ini China sedang memperkecil cakupan lockdown. Warga yang terinfeksi COVID-19 dengan gejala ringan diperbolehkan menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Kebijakan yang benar-benar bertentangan dengan kondisi realita.

Padahal sebelum kebijakan tersebut diterapkan, masyarakat yang terinfeksi COVID-19 meskipun bergejala ringan, akan dipaksa melaksanakan karantina di fasilitas kesehatan.

Baca Juga: RESMI! Ricky Fajrin Diangkut Ke Persib Bandung Oleh Luis Milla Pada 14 Januari 2023!? Cek Faktanya

Diketahui bahwa, pedoman terbaru COVID-19 di China diluncurkan setelah pemerintah merilis data yang menunjukan dampak negatif kebijakan nol covid terhadap perekonomian negara tersebut.

Salah satunya anjloknya nilai ekspor dan impor China bulan November menuju level yang belum pernah terjadi sejak 2020. Dilaporkan 8,7 persen ekspor China turun bulan lalu. Sementara 10,6 persen impor turun bulan lalu.

Aksi memprotes penerapan lockdown telah terjadi di sejumlah wilayah China, diantaranya Beijing dan Shanghai pada 27 November. Massa aksi protes tersebut menyerukan Presiden China Xi Jinping mundur, akibat frustasi dengan kebijakan nol Covid pemerinta pusat.

Dilaporkan pada 24 November lalu telah terjadi kebakaran mematikan di Urumqi, Xinjiang yang menewaskan setidaknya 10 orang. Memicu kemarahan warga China, karena mereka menilai upaya penyelamatan insiden itu terhambat karena adanya peraturan lockdown.

Halaman:

Editor: Galih Cipta Nugraha

Sumber: www.npr.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah