Lokasi Longsor Sumedang Selain Rawan Longsor Juga Rentan Gerakan Tanah

12 Januari 2021, 21:52 WIB
Petugas melakukan pencarian korban longsor Sumedang yang tertimbun tanah di kawasan Dusun Bojong Kondang, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Minggu 10 Januari 2021. /Pikiran-rakyat.com/Armin Abdul Jabbar

PRIANGANTIMURNEWS - Lokasi longsor di Desa Cijantung Kecamatan Ciamanggu Kabupaten Sumedang bukan hanya rawan longsor, tetapi juga rentan terjadi gerakan tanah.

Di lokasi itu merupakan batuan vulkanik muda sehingga rentan terjadi gerakan tanah tanah. Wilayah tempat longsor juga memiliki kontur lahan curam.

Demikian disampaikan Tim Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

Baca Juga: Black Box Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan di Perairan Pulau Seribu

Dikutip priangantimurnews dari Pikiran Rakyat Dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad Dicky Muslim menuturkan, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Pusat Riset Kebencanaan Unpad, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, serta sejumlah alumni FTG Unpad, Senin (11/1/2021), ditemukan bahwa lokasi longsor merupakan bekas tambang batu dan tanah urugan. Tanah itu kemudian diratakan dan dijadikan perumahan.

Secara geologi, struktur tanah dan batuan di wilayah Perumahan SBG, Desa Cihanjuang, termasuk ke dalam bagian batuan vulkanik Qyu.

Dalam Peta Geologi yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, batuan vulkanik Qyu merupakan produk batuan vulkanik muda yang belum bisa dipisahkan sehingga masih bercampur antara lapisan keras dan halus.

Baca Juga: Hasil Pengembangan Penemuan Pohon Ganja, Satnarkoba Polres Ciamis Periksa 4 Orang Warga

"Karena termasuk batuan vulkanik muda, lapisan tanah dan batuan itu cukup rentan (terjadi pergerakan tanah). Kerentanan itu sudah terlihat sebelumnya di beberapa titik," kata Dicky dalam siaran pers, Selasa (12/1/2021).

Batas bagian tenggara perumahan tersebut berhadapan dengan tebing yang dibatasi dengan saluran air. Diduga, ketika hujan besar tiba, terjadi peresapan air pada saluran air sehingga membentuk bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor.

Sejumlah rumah yang berbatasan dengan tebing tersebut juga terlihat ada yang retak. Hal itu sudah mengindikasikan bahwa wilayah tersebut berpotensi terjadi pergeseran tanah yang akan memicu longsor.

Baca Juga: 12 Orang Pegawai Samsat di Pangandaran Positif Covid-19

Kondisi di lokasi longsor diperparah dengan adanya proyek permukiman baru yang dibangun di atas tebing bagian utara dan tenggara perumahan SBG. Adanya aktivitas lalu lintas alat berat di tebing turut memperbesar potensi longsor.

“Secara geoteknik, aktivitas lalu lintas alat berat melemahkan ikatan butir tanah di situ sehingga berpotensi longsor. Apalagi memang sebelumnya wilayah longsor tersebut merupakan sengkedan yang ditanami pohon, kemudian ditebang dan di bagian bawahnya dijadikan perumahan,” ujar Dicky.

Sementara, di wilayah utara perumahan SBG terdapat bekas galian tambang yang dibangun menjadi kawasan perumahan.

Baca Juga: Fahri Hamzah Cuitkan Kritik Agar Tidak Dicurigai, Sampai Kumpulkan Peniliti Bukan Politisi

Berdasarkan penuturan warga sekitar, di lokasi tersebut terdapat air terjun. Secara geologi, keberadaan air terjun menandakan adanya sesar atau patahan di wilayah tersebut.

“Sehingga kalau ada hujan besar, gempa, akan ada pembebanan berlebih yang kemungkinan akan terjadi longsor,” ucap Dicky.

Melihat jenis tanah dan retakan, ditambah dengan curah hujan yang tinggi, Dicky khawatir akan terjadi longsor susulan di daerah tersebut.

Baca Juga: Makan Timun Bisa Hilangkan Stres dan Baik Bagi Kesehatan Jantung

"Masih adanya pergerakan tanah di sekitar mahkota longsor. Selain itu, ditambah dengan adanya kemungkinan terjadi infiltrasi di saluran air yang berada pada sisi utara perumahan," kata Dicky.

Oleh karena itu, Dicky meminta warga maupun pemerintah daerah waspada terhadap kemungkinan bencana susulan di kawasan tersebut. Retakan-retakan yang terjadi pada beberapa tebing harus diwaspadai.

Ada beberapa mitigasi jangka panjang yang bisa dilakukan. Diantaranya, pengetatan izin pembangunan dan penanaman pohon keras pada tebing yang berpotensi longsor.

Sementara itu, tim survei lain, Irvan Sophian, menambahkan, kegiatan survei diharapkan dapat memberikan gambaran detail kondisi lokasi longsor sehingga dapat dijadikan rekomendasi dalam penentuan mitigasi selanjutnya.

Dengan demikian, hasil riset Unpad diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat. ***

(Rani Ummi Fadila/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler