Nelayan Curhat ke Menteri KKP, Penggunaan Jaring yang Merusak Lingkungan Masih Marak

15 Maret 2021, 06:20 WIB
Ilustrasi jaring nelayan /Pixabay/Richard Revel/

PRIANGANTIMURNEWS - Para nelayan di pantura Cirebon mengeluh. Penggunaan jaring yang bisa merusak lingkungan masih marak terjadi. Kondisi itu langsung disampaikan ke Menteri Keluatan dan Perikanan (KKP).


Diungkapkan Karmanto salah seorang nelayan asal Suranenggala Kabupaten Cirebon menyampaikan keluhannya kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono saat berkunjung ke Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon, Minggu 14 Maret 2021.

Dikatakan Karmanto penggunaan alat tangkap garok dan pukat harimau sangat dikeluhan nelayan tradisional di Cirebon.

Baca Juga: Petani di Pangandaran Antisipasi Terjadinya Musim Hujan, Dengan Percepat Jadwal Tanam Padi

Kedua alat tangkap tersebut tidak ramah lingkungan karena merusak habibat ikan, sehingga menyebabkan turunnya populasi ikan di perairan Cirebon.

"Sekarang susah pak mencari ikan. Kami juga minta tolong alat tangkap berat perusak lingkungan ditertibkan pak," ujar Karmanto seperti dikutip priangantimurnews dari Pikiran Rakyat.

Menurutnya, nelayan tradisional yang selama ini hanya bisa melaut sejauh 1 kilometer dari bibir pantai, kesulitan mencari ikan. Akibatnya, kehidupan nelayan sangat sulit, karena minimnya penghasilan.

Per hari nelayan tradisional mengaku dalam kondisi laut normal hanya bisa mendapat Rp50 ribu hingga Rp100 ribu.

Baca Juga: Tersengat Listrik Saat Sedang Bekerja, Dua Orang Meninggal Seorang Luka Dalam

"Kalau ombak sedang besar, kami malah tidak bisa melaut karena mengancam nyawa. Meski ada saja nelayan yang nekad melaut, karena desakan kebutuhan ekonomi," jelasnya.

Selain persoalan alat tangkap, dalam pertemuan dengan kalangan nelayan, Menteri Trenggono juga menyampaikan upaya perbaikan infrastruktur pelabuhan guna mendorong produktivitas nelayan, menjadi pembahasan.

Menanggapi keluhan para nelayan, Menteri KKP Wakyu Sakti Trenggono berjanji akan segera menindaklanjuti dengan memanggil kelompok nelayan pengguna alat tangkap garok dan pukat harimau.

Menurutnya persoalan ini harus segera diselesaikan karena bila dibiarkan dapat memicu membesarnya konflik sosial antar nelayan di Cirebon.

"Aspirasi yang datang kami tampung dan segera ditindaklanjuti ya Pak Dirjen (Perikanan Tangkap)," ujar Trenggono.

Baca Juga: Ugal-ugalan Naik Motor Konvoi di Jalan Raya, 15 Anak di Bawah Umur Diamankan Polisi

Kesempatan bertemu dengan menteri secara langsung, juga dimanfaatkan nelayan dengan meminta bantuan alat tangkap gillnet milenium dan kapal untuk dikelola kelompok nelayan.

Nelayan mengungkapkan, bantuan akan menunjang produktivitas nelayan dan penghasilan mereka bisa bertambah.

Menurut mereka, gillnet milenium ini ramah lingkungan karena mata jaringnya berukuran lebar mencapai 3 inchi.

Selain persoalan alat tangkap, keanggotaan asuransi nelayan turut menjadi pembahasan.

Baca Juga: Petani Mengeluh, Diserang Wereng Panen Padi Musim Rendeng Turun hingga 30 Persen

Menteri Trenggono langsung mengupayakan solusi saat itu juga dengan meminta pihak Jasindo yang ikut dalam kunjungan kerja, bergerak cepat menemui nelayan.

Dalam pertemuan itu, Menteri Trenggono sekaligus menyerahkan bantuan paket sembako secara simbolis kepada nelayan tradisional di Cirebon.

Sebanyak 1.000 paket sembako dibagikan untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga para nelayan.

PPN Kejawanan merupakan nadi perikanan tangkap di Cirebon. Dalam setahun, nilai produksi yang dihasilkan mencapai Rp 267 miliar. Namun saat ini perlu adanya perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas yang sudah berjalan.

Baca Juga: Bantuan Beasiswa untuk Mahasiswa Luar Kampus Pangandaran Akan Segera Direalisasikan, Bupati Jeje: Tahun Depan

Di antaranya perlunya pengerukan di alur lintasan kapal dan kolam pelabuhan sebagai solusi sedimentasi.

Kemudian, alur lintasan juga perlu diperpanjang untuk memperlancar keluar masuk kapal penangkap ikan ke pelabuhan.

"Saya pasti dukung, tapi harus bisa dibuktikan dengan produktivitas yang meningkat juga," ungkap Trenggono.***

(Ani Nunung/Pikiran Rakyat)

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler