1.600 Tentara Israel Jadi Gila akibat Trauma Pasca Perang, Houthi Picu Inflasi untuk Barat

22 Januari 2024, 07:09 WIB
Sebanyak 1.600 tentara Israel dilaporkan gila setelah pulang dari gaza akibat trauma pasca perang. /Anadolu/

PRIANGANTIMURNEWS - Tentara Israel dilaporkan mengalami trauma pasca perang dan menjadi gila setelah pulang dari Jalur Gaza, Palestina.

Penyelidikan tersebut dilakukan pada awal bulan Januari 2024 oleh situ web Israel bernama Walla. Hasil dari penyelidikan tersebut termasuk wawancara keluarga korban dan bukti video yang telah tersebar.

Menggambarkan bagaimana para mantan tentara Israel Diapers Force (IDF) benar-benar mengalami gangguan psikis pasca pulang dari Gaza dan berubah menjadi gila.

Baca Juga: Pergerakan Dunia Pasca Peradilan Israel Di ICJ: Indonesia akan Ajukan Tuntutan Baru

Walla menerbitkan penyelidikan dengan hasil menyatakan bahwa sebanyak 1.600 tentara dan perwira Israel menjadi gila karena menderita trauma pasca perang, dan 250 orang benar-benar diberhentikan.

Dalam sebuah, seorang tentara Israel yang baru saja kembali dari Jalur Gaza. Dilaporkan telah membunuh temannya di Tel Aviv, Israel pada Sabtu, 22 Januari 2024.

Laporan tersebut diberitakan oleh Channel 12 Israel, dimana korban yang masih berumur 25 tahun harus tewas tak bersalah akibat gangguan jiwa temannya yang seorang tentara.

Baca Juga: 100 Hari Perang Gaza: Israel Abaikan Keputusan Mahkamah Internasional, Berdalih Pertahanan Diri

“Seorang tentara Israel yang baru saja kembali dari pertempuran di Jalur Gaza membunuh temannya di dalam sebuah apartemen,” papar Channel 12.

Disamping itu, banyak beredar kabar jika tentara IDF berusaha melarikan diri dari perang dengan alasan kembali ke Israel untuk istirahat dan berlatih.

Seperti yang terjadi pekan lalu, dimana tentara Israel menarik Divisi ke-36 dari Gaza utara dengan alasan tersebut.

Meninggalkan tiga divisi lainnya yang terpaksa harus tetap berada di wilayah Palestina, dengan serangan Hamas yang bisa muncul kapan saja dari bawah tanah.

Baca Juga: Netanyahu Diminta Mundur! Penduduk Serukan Pemilu Baru untuk Singkirkan PM Israel

Akibatnya puluhan komandan IDF menuntut militer untuk tidak menarik diri dari Jalur Gaza utara sampai sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan.

Mereka juga membuat sebuah surat pernyataan yang ditandatangani oleh 130 komandan dan perwira militer agar bawahannya tidak kabur dalam perang.

Meminta kabinet perang dan panglima militer Herzi Halevi untuk terus mencegah kembalinya warga Palestina ke Gaza utara dengan tetap berpatroli disana.

BALASAN HOUTHI UNTUK BARAT

Baca Juga: Turki Tangkap Agen Intelijen Israel, Cegah Perburuan Hamas dan Dukung Iran Lawan Teroris

Mohammed Abdulsalam, salah satu petinggi Houthi sudah sejak awal menekankan serangan di Laut Merah adalah untuk menghentikan perang di Gaza.

Serta target-target mereka adalah kapal-kapal yang terkait dengan Israel untuk menekan negara tersebut agar mengakhiri Genosida di Gaza.

Naasnya, kapal-kapal yang ditebak meliputi kapal milik sekutu Israel seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara Barat Pro-Israel.

Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dan rantai pasokan ekonomi dengan Israel.

Baca Juga: Bak Zaman Jahiliah: Israel Curi Organ Tubuh Jenazah Warga Palestina

Seperti apa yang terjadi pada Minggu, 21 Januari 2024. Kelompok itu mengizinkan sebanyak 64 kapal untuk berlayar di Laut Merah dengan aman.

Setelah kapal-kapal itu mengibarkan spanduk yang menolak hubungan apapun dengan Israel.

Pernyataan izin masuk 64 kapal tersebut disampaikan oleh Mohamed Ali al-Houthi, salah satu anggota kelompok itu.

“Solusi paling sederhana yang memungkinkan kapal lewat dengan aman saat melintasi Laut Merah adalah dengan memasang tanda bertuliskan: Kami tidak memiliki hubungan dengan Israel,” ujar Ali.  

Baca Juga: Israel Paksa Tahanan Gaza Pakai Rompi Peledak, Parlemen Prancis Menuntut Sanksi

“Solusi ini efektif karena 64 kapal berhasil melintasi laut dengan selamat sambil menaikkan rambu ini,” tambahnya.

Kapal-kapal yang disandera dan ditembak Houthi, Yaman telah memicu negara-negara Barat yang berafiliasi dengan Israel menuju potensi inflasi baru dan gangguan rantai pasokan ekonomi.

Itu benar-benar akan membuat negara yang menuhankan uang tersebut bangkrut karena mengalami krisis tersebut.

Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.

Baca Juga: Penyakit Menular Menyebar di Gaza, saat Rumah Sakit Dibanjiri Mayat Korban Genosida Israel

Jalur ini digunakan untuk transit antara Terusan Suez Mesir dan Teluk Aden, sehingga memungkinkan kapal menghindari rute yang jauh lebih mahal dan panjang melintasi pantai Afrika Selatan.

Itu pula yang menyebabkan akhirnya AS dan Inggris melanggar dan melakukan tindakan sembrono dengan membom kota-kota di Yaman yang dikuasai Houthi.***

Editor: Sri Hastuti

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler