Minyak di Asia Terancam Melemah, Memicu Kekhawatiran Permintaan

- 11 Januari 2023, 12:32 WIB
Ilustrasi penambangan minyak
Ilustrasi penambangan minyak /Pexels/

PRIANGANTIMURNEWS - Kawasan benua Asia harus menghadapi harga minyak yang melemah di awal pekan Rabu, 11 Januari 2023.

Membuat kenaikan sesi sebelumnya menjadi terhapus, setelah data industri mengalami peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) sebagai pengguna minyak terbesar dunia. Seolah membangkitkan kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar.

AS diketahui tergelincir 59 sen atau 0,8 persen, membuatnya diperdagangkan di harga 74,53 dolar AS per barel pada pukul 01.34 GMT terkait Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI).

Baca Juga: Moon Ga Young Menahan Air Mata Saat Bertemu Dengan Jung Ga Ram Di Episode Mendatang 'The Interest Of Love'

Selain itu, untuk minyak mentah berjangka Brent merosot 62 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan pada 79,48 dolar AS per barel.

Dilansir dari Routers, para analis telah memperkirakan bahwa 2,2 juta barel stok minyak mentah telah turun dan 500.000 barel stok sulingan turun.

American Petroleum Institute (API) menyampaikan stok minyak mentah AS melonjak 14,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 6 Januari. Bersamaan dengan kondisi tersebut, sekitar 1,1 juta barel stok sulingan yang meliputi minyak pemanas dan bahan bakar jet telah naik.

Baca Juga: TERUNGKAP! Pembunuh ART di Cipayung Ternyata Keponakan Majikan, Ini Kata Kanit Reskrim Polsek Cipayung

Badan Informasi Energi AS (EIA) akan membuat data persediaan yang akan dirilis Rabu, 11 Januari 2023. Membuat para pedagang akan menyerbu pencarian data tersebut, serta melihat kesesuaian pandangan awal dari API.

Pasar minyak sudah ditarik menjadi lebih rendah karena kekhawatiran akan naiknya suku bunga yang akan terjadi di AS. Bertujuan mengurangi inflasi, yang akan memicu resesi dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Mengimbangi harapan pertumbuhan permintaan bahan bakar di negara China yang merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia. Sehubungan dengan dicabutnya pembatasan COVID-19 dan kembali membuka perjalanan internasional. Analis ANZ Research menyampaikan catatannya:

Baca Juga: KDRT Makin Marak di Indonesia, Maia Estianty Beri Komentar Menohok untuk Pelaku

"Berita pada Senin 9 Januari 2023, bahwa China telah menerbitkan kuota impor baru menunjukkan importir terbesar dunia meningkat untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi," tulisnya.

Fokus besar saat ini adalah pada data inflasi AS, yang dimana datanya akan dirilis pada Kamis, 12 Januari 2023 mendatang.

Analis tersebut menyampaikan apabila inflasi di bawah ekspektasi, maka akan cenderung mendorong dolar turun. Kondisi dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak, karena membuat komoditas menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.***

Editor: Galih R

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x