Selamat Hari Kartini 2021, Berikut Empat Fakta Menarik Dari RA. Kartini yang Wajib Kalian Ketahui

- 21 April 2021, 13:10 WIB
Ilustrasi. ucapan Hari Kartini sangat cocok dipasang di medsos kamu, biasanya diperingati pada 21 April
Ilustrasi. ucapan Hari Kartini sangat cocok dipasang di medsos kamu, biasanya diperingati pada 21 April /Instagram @hijabindokece/

PRIANGANTIMURNEWS– Pada hari ini Rabu 21 April 2021, bertepatan dengan hari perayaan dan peringatan RA Kartini. Sesosok perempuan inspiratif Indonesia yang telah meberikan perubahan yang sangat besar bagi masyarakat terutama bagi kaum wanita Indonesia.

Tanggal 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini diseluruh penjuru Indonesia. Sosok Raden Ajeng Kartini atau R.A. Kartini merupakan salah satu sosok penting bagi Indonesia.

Ia dikenal sebagai pahlawan hak kaum perempuan. Sebagai bentuk penghargaan kepada perjuangan hak perempuan yang dilakukannya di masa lampau, maka tanggal kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Kartini.

Baca Juga: Hari Kartini, Simak, Lirik Lagu ‘Ibu Kita Kartini’ Karya WR Supratman

Sejarah mengenai kehidupan RA Kartini banyak diulas dalam muatan sejarah di sekolah. Kali ini, akan menyajikan sisi menarik dibalik sejarah RA Kartini sang emansipator perempuan di Indonesia.

Untuk itu, di setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati hari besar nasional, yakni Hari Kartini, untuk mengingat perjuangan-perjuangannya dalam persamaan hak.

Tapi sebenarnya sudah tahukah Anda tentang sosok pribadi Kartini dan kehidupannya? Ternyata ada beberapa fakta menarik dibalik kehidupan sang pejuang emansipasi ini yang patut diketahui.

Baca Juga: Selamat Hari Kartini, Ini 10 Tulisan Kartini dalam Buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang'

Simak 4 fakta unik dari RA Kartini yang ternyata tak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia.

1. Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” Menuai Kontroversi

Fakta menarik Ibu Kartini yang pertama adalah perihal buku karangannya. Salah satu hal yang cukup identik dengan R.A. Kartini ialah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Buku tersebut merupakan kumpulan surat R.A. Kartini, khususnya ada 53 surat yang ditujukan kepada sahabatnya, orang Belanda, yakni Rosa Abendanon.

Surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan oleh J.H. Abdendanon. Total ada 150 surat yang berhasil dikumpulkan Abdendanon. Namun, tidak semua surat tersebut ditampilkan dalam buku yang dalam bahasa Belanda berjudul “Door Duisternis tot Licht” tersebut.

Saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, isi surat yang ditampilkan sekitar 100 surat. Dalam buku tersebut, banyak pemikiran Kartini yang mengkritik kondisi sosial saat dirinya hidup. Khususnya terhadap posisi perempuan dalam struktur sosial masyarakat kala itu.

Namun, isi buku tersebut sempat diragukan kebenarannya oleh para sejarawan. Sebab, tidak ada bukti bahwa seluruh surat yang ada di dalam buku tersebut adalah tulisan tangan R.A. Kartini. Meski begitu, bila kita membaca buku tersebut, akan mengerti bagaimana pemikiran Kartini terhadap masyarakat kala itu.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti Ucapkan Selamat Hari Kartini, Susi: Tidak Adalagi Diskriminasi Terhadap Wanita

2. Kartini Mahir Berbahasa Belanda

Fakta menarik Ibu kartini selanjutnya adalah beliau mahir berbahasa Belanda. Sebagai seorang anak bangsawan Jawa, Kartini mendapat pendidikan yang cukup.

Dari pendidikan itu, Kartini mendapat kesempatan untuk mempelajari bahasa Belanda. Kepiawaiannya berbahasa Belanda itulah yang membuat dirinya memiliki akses untuk berkomunikasi dengan berbagai elemen pemerintahan Belanda masa itu.

Bahkan, perempuan yang lahir pada 21 April 1879 tersebut mampu menuliskan permohonan beasiswa pendidikan kepada Pemerintah Belanda saat dirinya berusia 20 tahun.

Permohonan itu sempat disetujui. Hanya saja, kala itu Kartini sudah menikah sehingga beasiswa itu diberikan kepada orang lain.

Tak hanya itu, Kartini juga sempat menuliskan surat protes kepada pemerintahan Hindia Belanda. Dalam suratnya, Kartini meminta Pemerintah Hindia Belanda untuk memasukkan bahasa Melayu dan bahasa Belanda dalam kurikulum pendidikan kaum pribumi.

Baca Juga: Kinerja Dinilai Kurang Maksimal, Sejumlah Menteri akan Diganti

3. Ada Nama Jalan Kartini di Belanda

Sosok Kartini tidak hanya dicintai dan dihormati di Indonesia, melainkan juga di Belanda. Hal itu dibuktikan dengan adanya nama jalan R.A. Kartini di Belanda, yakni di kota Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Haarlem.

Di Utrecht, Jalan R.A Kartini terletak di kawasan deretan perumahan yang tertata apik. Jalan tersebut dihuni oleh kalangan menengah. Jalan utamanya berbentuk huruf ‘U’ yang ukurannya lebih besar dibandingkan jalan-jalan yang menggunakan nama-nama tokoh Eropa lainnya.

Lalu, di Venlo, nama jalannya ialah RA Kartinistraat di kawasan Hagerhof. Bentuk jalannya berupa huruf ‘O’ dan di sekitarnya terdapat nama jalan dari tokoh Anne Frank dan Mathilde Wibaut.

Kemudian, di Ibukota Belanda, yakni Amsterdam, jalan Raden Adjeng Kartini ada di daerah Zuidoost atau dikenal dengan Bijlmer.

Baca Juga: Ridwan Kamil Berikan Ucapan Selamat Hari Kartini Pada Foto Sang Istri, Atalia Praratya

Di sekitar jalan tersebut terdapat nama-nama jalan dari tokoh-tokoh ternama yang berkontribusi kepada sejarah dunia, seperti Jalan Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, dan Isabella Richaards.

Dan, paling menarik ialah di Haarlem. Nama jalan Kartini berdampingan dengan nama jalan dari tokoh-tokoh perjuangan Indonesia.

Jalan R.A. Kartini berdekatan dengan Jalan Mohammed Hatta, Jalan Sutan Sjahrir, dan langsung tembus ke Jalan Chris Soumokil, Presiden Kedua Republik Maluku Selatan (RMS).

4. Kartini Memiliki Darah Bangsawan dan Ulama

Kartini adalah seorang gadis Jepara yang dilahirkan pada tanggal 21 April 1879. Kartini memiliki darah seorang bangsawan dari Ayahnya yang bernama Mas Adipati Ario Sosroningrat.

Saat itu, ayahnya merupakan seorang Bupati Jepara yang memiliki garis keturunan dari Hamengkubuwana VI hingga sampai ke garis keluarga istana Kerajaan Majapahit.

Ibunya sendiri, M.A. Ngasirah, menurut catatan sejarah Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta merupakan anak dari ulama ternama di tanah Jepara, yakni Nyai Haji Siti Aminah dan Kiai Haji Madirono yang merupakan guru ngaji di daerah Teklukawur, Jepara.***

Editor: Agus Kusnadi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah