Sebelum Proklamasi, Soekarno Mendatangi Tempat Jayabaya Pernah Bertahta, Ada Apa?

- 9 Agustus 2022, 19:03 WIB
 Ritual petilasan Jayabaya/antarafoto
 Ritual petilasan Jayabaya/antarafoto /

PRIANGANTIMURNEWS- Sebelum memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia, Soekarno beberapa kali datang ke tempat dimana Prabu Jayabaya pernah bertahta.

Hal tersebut merupakan pengakuan dari Lasi Suroharjdjo Mantan Lurah Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Menurutnya, Soekarno datang tiga kali sebelum kemerdekaan ke tempat dimana Jayabaya pernah bertahta.

Kedatangan pertama Soekarno ke tempat dimana Jayabaya pernah bertahta, hanya mengisyaratkan kepada Lurah Sastrojo bahwa ia harus menjaga petilasan Jayabaya.

Baca Juga: Setelah Bharada E, Akan Ada Tersangka Baru dalam Kasus Pembunuhan Brigadir J, Ini Kata Kadiv Humas

Soekarno berpesan," Peliaranen sing apik, Iki perlu banget (Peliharalah yang baik, ini perlu banget),".

Ketika kemerdekaan hendak diproklamasikan, Soekarno datang untuk ketiga kalinya. Kedatangannya memberikan sebuah pesan,

"Sawanku Iki perlu nyuwun wahyune keraton, ayo pade bantuen (saya datang ke sini untuk meminta Wahyu keraton, kalian hendaknya membantu saya).

Baca Juga: Melihat Persib Amburadul, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Ambil Langkah Tegas!

Setelah percakapan hendak meminta wahyu keraton, Soekarno melanjutkan dengan ucapannya,"wis kepareng, ayo pada mundur (sudah dikabulkan, mari kita pergi).

Lasi menjelaskan bahwa permintaan Soekarno telah dikabulkan. Kemudian, tak lama setelah kunjungan ketiganya itu, Soekarno benar-benar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Jayabaya menjadi tokoh yang berperan penting dalam kehidupan Soekarno. Jayabaya terkenal dengan ramalan ratu adil, yaitu akan datang pemimpin yang dapat menyelamatkan bangsa ini dari penjajah.

Terlepas dari mitos atau bukan, ramalan tersebut sangat populer bagi rakyat, termasuk Soekarno.

Ketertarikan Soekarno pada sosok Jayabaya terjadi ketika dia menempuh pendidikan di Surabaya. Soekarno mempelajari visi populer ratu adil ketika di rumah H.O.S. Tjokroaminoto.

Pemahamannya tentang ratu adil menemukan satu kesimpulan bahwa keberhasilan gerakan massa di masa lalu disebabkan oleh adanya motivasi atau doktrin ratu adil yang digerakkan pemimpin kepada masyarakat.

Baca Juga: Puluhan Massa dari PSHT Diamankan Polisi Diduga Usai Aniaya Pengendara Ojol di Jombang

Ketika Soekarno mendirikan PNI, ia menggunakan konsepsi ratu adil sebagai salah satu konsepnya dalam merekrut massa.

Oleh karenanya, ketika diadili di Pengadilan kolonial pada tahun 1930. Soekarno menyinggung perihal ide dan visi ratu adil.

"Haraplah pikiran, Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya ratu adil, apakah sebabnya Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat," kata Soekarno.

Dia melanjutkan, tak lain dan tak bukan ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak henti-hentinya, tak habis-habisnya, menunggu-nunggu atau mengharapkan-harapkan datangnya pertolongan.

Baca Juga: Bharada E Bocorkan Kronologi Tewasnya Brigadir J, Komnas HAM: Kita Meng-cross Check dengan Keterangan lain

Sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak henti-hentinya pula saban hari, saban menit, saban jam menunggu-nunggu dan mengharap-harap, kapan, kapankah matahari terbit ?.

Soekarno menolak tuduhan pemerintah kolonial bahwa ide ratu adil adalah buatan para penghasut, seperti kiai, dukun, atau intelektual yang punya lidah licin dan pena tajam.

Ide-ide yang menggerakkan rakyat adalah hasil dari kesengsaraan rakyat sendiri.

Kemasyhuran ramalan Jayabaya sangat populer di zaman Jepang. Ramalan Jayabaya yang berbunyi tentang keruntuhan Jepang menginspirasi rakyat untuk bergerak dan melawan penjajah dan kebengisan tentara Jepang.

Oleh karenanya, ramalan Jayabaya menjadi motivasi akan gerakan rakyat yang di dorong oleh semangat doktrinal khazanah Jawa.

Baca Juga: Tujuh Meninggal Dunia Akibat Banjir di Korsel, KBRI:Tidak Ada WNI Yang Terdampak Banjir

Ramalan Revolusi yang menginspirasi gerakan massa antara lain tebu saujun, ana wedon saka lor kulon, Ake mul more putih, ateken tebu wulung artinya ada seongok tebu, ada hantu dari barat laut, berselimut mori putih, bertingkat tebu hitam.

Tafsir dan analisa dari ramalan Jayabaya mengarah pada kekalahan Belanda pada Jepang yang digambarkan sebagai hantu yang hidup lagi untuk menjajah Indonesia.

Hantu itu bersembunyi pada kain putih, terlihat hendak menolong, padahal ia sejatinya tetap hantu yang akan menyengsarakan rakyat.

Keakraban Soekarno dengan ide dan visi ratu adil Jayabaya tidak hanya semata teoretis. Soekarno benar-benar mempraktikkan ide dan gagasan ramalan ratu adil dalam hidupnya.***

 

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Buku Dunia Batin 2 Macan Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x