Fenomena 250 Juta Ton Ikan Mati di Danau Ranau Lampung Barat, Ternyata Ini Penyebabnya

- 17 Januari 2023, 20:14 WIB
Ilustrasi ribuan ikan mati di Danau Ranau Lampung Barat./Instagram/@antaranewsroom/
Ilustrasi ribuan ikan mati di Danau Ranau Lampung Barat./Instagram/@antaranewsroom/ /

PRIANGANTIMURNEWS - Pekan lalu, tepi Danau Ranau tiba-tiba disesaki puluhan ribu ikan yang lemas dengan kondisi mulut terbuka.

Menurut keterangan para petambak ikan, ada indikasi ikan-ikan tersebut kekurangan oksigen akibat terjadi perubahan kondisi di dalam perairan tersebut.

Tentu, peristiwa yang terjadi di danau vulkanik dan terletak berdekatan dengan Pegunungan Bukit Barisan serta berhadapan langsung dengan Gunung Seminung itu membuat geger masyarakat Lampung.

Diketahui kematian massal secara mendadak itu terjadi di Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan sekitar Danau Ranau, tepatnya di Pekon atau Desa Keagungan Kecamatan Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat.

Baca Juga: Sejumlah Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Suap Lukas Enembe Disita KPK

Seketika kabar tersebut tersebar luas di media sosial bahkan telah diangkat menjadi berita oleh kanal berita daring, baik lokal maupun nasional.

Menanggapi fenomena tersebut, Kamaludin selaku Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung menyatakan bahwa jumlah ikan yang mati di Danau Ranau cenderung bertambah, dan volume ikan mati hingga sekarang telah mencapai 250 ton.

"Jumlahnya kemungkinan bertambah, karena sampai kemarin (Minggu, 15 Januari 2023) ikan mati sudah mencapai 250 ton," katanya di Liwa, Lampung Barat, Senin, 16 Januari 2023 dikutip dari Antara.

Sebagai informasi Ranau merupakan danau terbesar kedua setelah Danau Toba di Sumatera.

Baca Juga: DIANCAM DIBEKUKAN!! Klub Liga 2 Bersatu Lapor PSSI ke FIFA, Sampai Ngamuk di Depan Kantor Kemenpora

Kerugian yang dialami petambak

Untuk saat ini Kamaludin belum bisa memastikan berapa kerugian yang dialami petambak. Namun menurut perkiraan yang ada kerugian mencapai miliaran rupiah.

"Kalau kita kalkulasikan dari 250 ton itu ke rupiah dengan harga Rp25 ribu per kilo sekitar kurang lebih Rp5 miliar total kerugiannya," jelasnya.

Penyebab kematian 250 juta ton ikan

Kamaludin menyebut penyebab kematian ribuan ikan masih belum diketahui pasti. Namun pihaknya menduga ikan-ikan tersebut mati karena kadar belerang yang naik di danau itu.

"Kadar belerang naik, akibatnya kadar oksigen di Danau Ranau turun, yang mengakibatkan kematian ikan," tuturnya.

Baca Juga: Status Gunung Dieng beralih Ke Waspada, Kunjungan Pariwisata tidak Berhenti

Nasib ikan yang masih segar

Kamaludin mengungkapkan bahwa dari fenomena ini, masyarakat berupaya menyelamatkan ikan yang masih segar sekitar 25 sampai 30 persen untuk dikonsumsi.

"Ya, sementara 25 sampai 30 persen ikan yang masih segar dimanfaatkan mereka untuk dikonsumsi dan dijual," ungkapnya.

Adapun mengenai ikan yang sudah mati, para petambak berinisiatif menjadikannya sebagai pupuk di suatu tempat.

"Kemarin sudah disemprot fermentasi dan dicampur dengan tanah," katanya.

Mengenal Lumbok Seminung

Lumbok Seminung merupakan wilayah yang terkenal sebagai sentra ikan nila di Lampung Barat.

Baca Juga: Semua Pemain Hingga Official Menangis! Akhirnya Liga 2 Bisa Dilanjutkan!?

Dalam setahun Lumbok Seminung mampu menjual 6.000 ton ikan ke berbagai wilayah seperti Sumatera Selatan, Jakarta dan Surabaya.

Selain itu tidak sedikit juga produksi ikan Lumbok Seminung dipasarkan di Provinsi Lampung saja.

Menelisik penyebab kematian massal ikan di Danau Ranau Lampung

Dilansir dari Antara diketahui fenomena di Danau Ranau sebenarnya sudah terjadi pada 8 Januari 2023.

Saat itu banyak ditemukan ikan dalam kondisi lemas berada di tepi danau.

Lantas kejadian tersebut terus berlanjut hingga 13 Januari lalu kemudian meluas ke lokasi budi daya masyarakat di KJA.

Baca Juga: Sudah Lama Menepi Karena Cedera, Begini Perkembangan Bek Persib Bandung, 'Saya Sudah Membaik'

Dari informasi yang ada kematian massal ikan di Danau Ranau ini bukanlah kali pertama.

Pada tahun 2018 lalu kejadian serupa juga terjadi, namun dengan jumlah kematian ikan tidak sebanyak sekarang.

Dengan adanya fenomena yang terjadi, masyarakat juga elemen-elemen lain yang berkepentingan dan berkaitan mencoba melacak penyebab kematian ribuan ikan ini.

Berikut adalah ringkasannya:

1. Mentilehan
Sebagian masyarakat Lampung Barat masih percaya dengan istilah mentilehan yang diketahui selalu terjadi setiap 5 tahun sekali.

Sebagai informasi, Mentilehan merupakan salah satu fenomena alam tahunan yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Seminung hingga akhirnya mengakibatkan terbawanya aliran belerang ke perairan danau hingga ke keramba jaring apung milik pembudi daya.

Baca Juga: Duh! BPS Sebut Warga Miskin di Jawa Barat Capai 4,05 Juta Jiwa, Imbas dari Pandemi? Cek Faktanya

Arus air yang mengandung belerang tersebut diketahui dapat mengurangi kadar oksigen dalam air.

Hal itulah yang dipercaya masyarakat setempat yang menyebabkan ikan muncul ke permukaan air dan mati lemas.

2. Upwelling
Dugaan penyebab matinya 250 juta ton ikan dikaitkan dengan fenomena upwelling atau pembalikan massa air.

Maksud dark upwelling adalah peristiwa naiknya partikel seperti pakan ikan di lapisan bawah (thermocline) ke permukaan yang diakibatkan adanya perubahan musim atau akibat jarak keramba ikan yang terlalu rapat sehingga partikel tersebut mengurangi kadar oksigen dalam air.

Baca Juga: Hati-Hati ! 'Cyber Bullying' Bisa Dipidana!

Saat ini masih diadakan pemeriksaan yang lebih lanjut dan ketika sudah mendapatkan hasil akan segera diberitahukan.***

Editor: Galih Cipta Nugraha

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah