Miris! Aria Nazas Safutra Bocah Asal Tasikmalaya Berhenti Sekolah, karena Jadi Tulang Punggung Keluarganya

20 Juli 2023, 12:00 WIB
Aria Nazas Safutra, saat berjualan makanan kecil keliling demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Edi Mulyana/Priangantimurnewa /

PRIANGANTIMURNEWS - Sungguh memilukan nasib yang dialami Aria Nazas Safutra (13) tahun, anak yang masih dibawah umur, terpaksa harus mengambil pilihan untuk memutuskan tidak sekolah.

Alasan Aria Nazar asal Kampung Mekarsari, RT 014, RW 010, Desa Mangunjaya, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya mengambil keputusan untuk memilih tidak melanjutkan Sekolah Dasar menjadi tulang punggung keluarga.

Nasib Aria yang kurang beruntung itu ternyata viral di media sosial menjadi tulang punggung keluarga, rela memutus sekolah demi menghidupi adik adik dan ibunya yang mengalami gagal ginjal dan harus di cuci seminggu dua kali.

Baca Juga: Bocah Perempuan 8 Tahun Tewas Mengambang di Kubangan, Ini Kata Kapolsek Indihiang Tasikmalaya

Aria Nazas Safutra (13) Anak dari seorang ibu bernama Susan Neni Nurlaela (31) tahun tersebut harus bekerja untuk menghidupi adik dan ibunya yang sakit ginjal.

Saat ditemui Aria di rumahnya di Kampung Mekarsari, RT 014, RW 010, Desa Mangunjaya, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.

"Keseharian saya berjualan di Puskesmas Cihaurbeuti-Ciamis, Jamanis, Panembong, hingga RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya,"kata, Aria Kamis 20 Juli 2023.

Aria mengaku, untuk berjualan di Puskesmas Cihaurbeuti Ciamis, Aria naik ojeg, meski sudah terbiasa jalan kaki, namun jarak yang ditempuhnya terlalu jauh, jadi menyesuaikan.

Baca Juga: Haflah Akhirussanah TK Aisyiyah I Babat Lamongan Berlangsung Meriah, Ini Pesan Mengharukan Ibu Kepala Sekolah

Aria menyebut, kalau jalan kaki terlalu jauh berat, saya berjualan sudah biasa gak malu, tetapi kalau awal-awal jualan merasa malu, tapi sekarang karena sudah terbiasa sudah tidak malu lagi.

"Semenjak ibu saya harus cuci darah karena penyakit ginjal, saya jualan makan ringan ke beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya,"ujarnya.

Kalau ke RSUD dr Soekardjo dan Ciamis dan Puskesmas dari rumah naik ojeg, kalau sudah sampai Puskemas jalan kaki ke tempat lainnya. 

"Dagangan makanan ringan tahu bulat ini saya ngambil dari orang lain,, bukan punya sendiri,” kata Susan.

Baca Juga: Jamaah Masjid Darul Abror Tasikmalaya Bersatu Meriahkan 1 Muharam 1445 H, Teladani Jejak Rasullullah

Pendapatan kotor tahu bulat yang dijual Aria sehari, hanya mendapat Rp 100 ribu. Itupun belum dikurangi ongkos ojeg dan angkot. 

“Anak saya hanya jadi penjual saja, ngambil keuntuntungan seadanya dari hasil penjualan makanan ringan tersebut,"ujar, Susan 

Susan menyebut, penghasilannya 100 ribu, itu pun kotor belum buat bayar ongkos ojeg dan angkot

"Sebetulnya Aria mulai berjualan sejak duduk di bangku kelas 4 SD. Aria biasa berjualan sepulang sekolah,"ujarnya.

Tapi waktu itu, Aria berpikir dokter di Puskesmas sampai jam 12 siang, kalau ngelanjutin sekolah, terus dagangnya pulang sekolah, takut tidak ada yang membelinya. 

"Karena jualannya kan sepulang sekolah jam 1 siang. Jadi berpikir gak akan dapat uang karena yang berada di puskesmas sudah pada pulang,” kata Susan.

"Aria putus sekolah ketika duduk di kelas 5 SD. Susan mengaku sudah membujuk Aria agar kembali sekolah," ujarnya.

Sekarang enggak sekolah, putus hanya sampai kelas 5 SD. Saya bujuk untuk sekolah, tapi keukeuh menolak. 

"Katanya lebih baik adik-adiknya yang meneruskan sekolah. Aria hanya ingin ngejujurin adik-adiknya juga ngurusin ibu," katanya.

Baca Juga: Inilah Bioskop-bioskop Legend di Tasikmalaya yang Kini Tinggal Kenangan!

Susan mengatakan, dirinya sakit ginjal sejak setahun lalu. Seminggu dua kali, harus menjalani cuci darah ke RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya.

“Saya sakit gagal ginjal seminggu dua kali cuci darah ke RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya. Saya sakit gagal ginjal sudah setahun lebih, habis ngelahirin anak yang paling kecil,” katanya.

Keterangan Susan dan Aria juga diperkuat Agus Ketua RT setempat mengatakan, Aria menjadi tulang punggung keluarga dengan jualan makanan ringan.

“Ibunya sakit, cuci darahnya seminggu dua kali, anaknya yang paling besar jadi tulang punggung keluarga jualan makanan ringan, katanya.

"Sementara ayahnya Aria tidak diketahui keberadaannya. Ayahnya itu meninggalkan keluarganya sejak istrinya sakit,"ujar, Agus.

Kami dari RT di sini hanya bisa memperhatikan keluarga tersebut, tidak bisa berbuat apa apa,” Kata Agus.***

Editor: Muh Romli

Tags

Terkini

Terpopuler