Ini Asal Usul Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia, Ternyata Ayahnya Seorang...

- 27 Mei 2022, 17:00 WIB
Presiden kedua Indonesia, Soeharto.
Presiden kedua Indonesia, Soeharto. /Antara/Alianwar

PRIANGANTIMURNEWS - Siapa yang telah kenal Soeharto. Selain dikenal sebagai penguasa 32 tahun, dia juga dikenal presiden yang cukup berpengaruh pada masanya.

Berikut adalah kisah hidup Soeharto sebagaimana dituturkannya dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya.

Ingatan saya tentang perjalanan hidup ini bermula ketika saya berumur tiga tahun. Waktu itu, saya sudah bersama Mbah Kromodiryo, dukun yang biasa menolong orang yang melahirkan.

Baca Juga: Waduh! Kadisdik Tasikmalaya Himbau, Studi Tour dan Kegiatan Sejenis Tak Boleh Keluar Jabar

Nama panggilannya adalah Mbah Kromo, adik kakek saya, Ibu Sukirah, sewaktu melahirkan saya.

Maka, beliau pun bercerita bahwa saya dilahirkan pada tanggal 8 Juni tahun 1921 di rumah orang tua saya yang sederhana, di Desa Kemusuk, dusun terpencil di daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat Kota Yogyakarta.

Ayah saya, Kertosudiro, adalah ulu-ulu, petugas desa pengatur air, yang bertani di atas tanah lungguh, tanah jabatan selama beliau memikul tugasnya itu. Beliau yang memberi nama Soeharto kepada saya.

Baca Juga: Pemain dengan Penampilan Terbanyak di Final UCL 2020-2021

Saya adalah anak ketiga. Dari istri yang pertama, beliau mempunyai dua anak. Sebagai duda, beliau menikah lagi dengan ibu saya. Tetapi, hubungan orang tua saya kurang serasi hingga akhirnya setelah saya dilahirkan, mereka bercerai.

Beberapa tahun kemudian, Ibu Sukirah menikah lagi dengan seseorang yang bernama Atmopawiro. Pernikahannya ini melahirkan tujuh orang anak. Sementara itu, ayah saya pun menikah lagi dan mendapatkan empat anak lagi.

Tak terkira sebelumnya bahwa pada suatu waktu di hari tua saya, saya mesti menjelaskan silsilah saya karena ada yang menulis yang bukan-bukan pada bulan Oktober 1974 di sebuah majalah.

Baca Juga: Buya Syafii Maarif Tutup Usia, Warga Muhammadiyah Kehilangan Salah Satu Tokoh

Saya menyuruh Dipo (G. Dwipayana) membantah tulisan itu dan memusatkan bantahannya di dalam majalah dan surat kabar harian yang terbit di Jakarta.

Tetapi selang sehari, saya perintahkan supaya wartawan-wartawan berkumpul di Bina Graha, di kamar saya kerja.

Saya ingin secara pribadi menjelaskan silsilah saya itu. Di depan wartawan luar dan dalam negeri, saya beberkan bahwa saya bukan seseorang dari keturunan ningrat. Saya hadapkan dalam pertemuan dengan wartawan itu.

Beberapa orang tua dan saksi-saksi yang masih hidup yang mengetahui benar silsilah saya.

Baca Juga: GBLA Resmi Jadi Kandang Persib Bandung, Ema Sumarna: Kondisinya Masih Layak Digunakan

Saya adalah keturunan Bapak Kertosudiro alias Kertorejo, ulu-ulu:yang secara pribadi tidak memiliki sawah sejengkal pun. Saya berterus terang, di dalam menghadapi kehidupan sewaktu kecil. Saya mengalami banyak penderitaan yang mungkin tidak dialami oleh orang-orang lain.

Saya katakan, tulisan-tulisan yang tidak benar mengenai silsilah saya itu mungkin bisa ditafsirkan yang tidak-tidak atau memberikan bahan yang mungkin tidak hanya merugikan saya pribadi, tetapi juga keluarga dan leluhur saya, dan mungkin juga sampai kepada negara dan bangsa Indonesia.

Salam bahasa Jawa, ada pepatah,"sadumuk bathuk, sanyari bumi,". Sekalipun hanya di dumuk, tetapi batuknya mengenai harga diri keluarga dan pribadi, sehingga bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Begitu juga sanyari bumi. Sanyari, walaupun hanya kecil (sehari) mengenai bumi, warisan, itu juga bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan, saya percaya bahwa setidak-tidaknya berita tersebut bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam masyarakat dan membingungkan.

Sebenarnya, Presiden yang sekarang itu keturunan dari mana ? Kalau itu sudah menimbulkan pembicaraan, timbul kemudian pro dan kontra.

Begitu timbul pro dan kontra, dengan sendirinya, mereka saling mempertahankan pendapat masing-masing dan terbukalah peluang terjadinya perselisihan.

Baca Juga: KISAH RAFLI ASRUL: Wonderkid Indonesia Yang Akan Main di Liga Teratas Yunani, dan Dijuluki Jorginho!!

 

Ini kesempatan yang baik untuk pihak yang melakukan subversi dalam melaksanakan gerakan politik (gerpol)nya sehingga meningkatkan gangguan stabilitas nasional.

Padahal, stabilitas nasional sangat kita butuhkan dalam melaksanakan pembangunan.

Bahkan saya kira lebih dari itu, kalau tulisan itu benar, itu menunjukkan bahwa seorang anak yang masih berumur enam tahun oleh ibunya diserahkan begitu saja kepada temannya di desa Kemusuk.

Ini menggambarkan martabat seorang wanita yang tidak ada harganya. Timbul dengan sendirinya pertentangan antara lelaki dan wanita dalam urusan harga menghargai.

Ini juga menggambarkan keadaan yang tidak baik. Mungkin bisa menimbulkan kesan lebih dari itu.

Baca Juga: Penerimaan Pajak Capai 53,04 Persen dari Target Rp 1.265 Triliun

Kenapa begitu mudah, diserahkan dengan begitu saja istri dan anak yang berumur enam tahun mungkin karena perkawinan yang tidak sah.

Jadi kalau tidak sah, berarti anak haram atau anak jadah, apakah ini tidak merugikan nama bangsa dan negara ?

Karena itu, melihat jangka jauh yang tidak hanya mengenai nama pribadi saya, leluhur saya, tetapi mengenai saya yang secara kebetulan memperoleh kepercayaan dari rakyat menjadi presiden.***

 

Editor: Muh Romli

Sumber: Buku Dunia Batin 2 Macan Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah